Bisnis.com, JAKARTA--Merespon melorotnya harga minyak dunia ke level di bawah US$65/barel, pemerintah akan mengeluarkan kebijakan terkait subsidi BBM sekitar akhir tahun jelang pengajuan APBN-P 2015.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan pemerintah tengah melakukan kajian terkait subsidi BBM yang harganya dikatrol Rp2.000/liter pada 18 November 2014.
"Tentu pemerintah sedang lakukan kajian. Akan ada policy yang diputuskan sebelum akhir tahun ini," katanya di kantor Wakil Presiden, Senin (15/12).
Sofyan enggan membenarkan tentang opsi kebijakan subsidi tetap Rp1.000-2.000 per liter yang wacananya akan diterapkan pada 2015. "Belum tahu, ada opsi-opsi yang sedang kita pikirkan dan kita lakukan exercise," imbuhnya.
Fluktuasi harga minyak, lanjutnya, tidak dapat diproyeksi. Pasalnya, pergerakan harga sangat dipengaruhi oleh produksi, permintaan, kondisi perekonomian global, dan kondisi geopolitik.
Pemerintah justru berharap perlemahan harga minyak mentah dunia dapat bertahan 1-2 tahun ke depan karena menguntungkan anggaran pemerintah.
"Kita belum tahu, analis ada yang mengatakan seperti itu [harga akan bertahan selama 6 bulan], ada yang bilang akan bounce back. Mudah-mudahan kita berharap harga minyak ini akan tetap seperti ini mungkin 1-2 tahun ke depan, itu harapan kita," ujar Sofyan.
Menko menuturkan harga minyak sangat tergantung pada kebijakan negara-negara OPEC. Seperti diketahui, OPEC memutuskan untuk tidak menurunkan produksi kendati harga minyak merosot.
"Itu bagus untuk kita sementara. Oleh karena itu, pemerintah akan mengambil kebijakan harga BBM itu sebelum akhir tahun," tuturnya.
Seperti diberitakan Bisnis, harga minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember, turun 97 sen menjadi US$65,84 per barel di New York Mercantile Exchange.
Ini adalah penutupan terendah sejak 29 Juli 2009 ketika WTI turun menjadi US$ 62,90 per barel.
Patokan internasional, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari, menetap di US$69,07 per barel di perdagangan London atau turun 57 sen dolar AS dari Kamis (4/12/2014).