Bisnis.com, JAKARTA - Proyek eksplorasi global minyak dan gas dengan nilai lebih dari US$150 miliar pada 2015 sepertinya akan ditunda, sebab harga minyak sedang jatuh membuatnya tidak ekonomis.
Potensi penundaan proyek tersebut berpotensi membatasi suplai minyak pada akhir dekade ini. Nilai US$150 miliar setara dengan Rp1.844 triliun.
Beberapa kilang besar yang ditemukan beberapa dekade yang lalu mulai habis terkuras. Oleh sebab itu, perusahaan minyak mencoba untuk mengakses tempat yang sulit dijangkau yang terletak di bawah permukaan laut.
Namun, pada saat yang sama, biaya produksi pengeboran minyak meningkat tajam mengingat meningkatnya biaya bahan baku dan kebutuhan teknologi baru yang mahal untuk mendapatkan minyak.
Sekarang prospek perkembangan kilang darat dan lepas pantai - dari Laut Barents ke Teluk Meksiko- menghadapi ketidakpastian terkait harga yang telah anjlok 40% dalam lima bulan terakhir menjadi sekitar US$70 per barel.
Tahun depan perusahaan akan membuat keputusan investasi akhir (jumlah besar) dari total 800 proyek minyak dan gas senilai $500 miliar dan total mendekati 60 miliar barel setara minyak, menurut data dari konsultan Norwegia Rystad Energy.
Namun, para analis memperkirakan harga minyak rata-rata US$82,5 per barel tahun depan.