Bisnis.com, JAKARTA—Di tengah pelemahan kinerja ekspor tahun ini, Kementerian Perdagangan optimistis neraca dagang masih akan mampu menorehkan surplus sektor nonmigas senilai US$11 miliar-US$12 miliar.
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Partogi Pangaribuan yakin surplus tersebut akan membantu pencapaian target ekspor senilai US$184,3 miliar. Padahal, untuk mencapai target itu, RI harus mampu mengekspor masing-masing US$18,2 miliar pada November dan Desember.
“Walaupun harga komoditas banyak yang turun, bagaimanapun juga masih ada harapan bulan ini akan terjadi pergeseran. Karena, data-data di akhir tahun biasanya kan tersendat, jadi kami yakin target tetap bisa dicapai,” katanya, Rabu (3/12).
Optimisme surplus nonmigas tersebut diproyeksi bakal ditunjang oleh performa ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan komoditas pertambangan khususnya batu bara.
Hal itu, menurut Partogi, terbukti dari semakin banyaknya eksportir terdaftar (ET) batu bara, bahkan setelah diberlakukannya UU Minerba. Selain itu, dari sektor sawit, penihilan bea keluar (BK) di tengah tekanan harga juga menjadi insentif bagi ekspor nonmigas.
“Paling tidak, tidak adanya BK batu bara bisa mendorong ekspor, meski sektor pertambangan memang ada pelemahan harga. Namun, [negara pengimpor] pasti butuh pasokan untuk 2015, sehingga ada kemungkinan permintaan bakal naik,” sambungnya.
Ekspor nonmigas pada Oktober menguat 1,8% dari bulan sebelumnya menjadi US$12,9 miliar. Secara kumulatif, surplus sektor nonmigas sepanjang sepuluh bulan tahun ini sudah menyentuh US$9,1 miliar.
“Di samping itu, Kemendag juga mulai mengurangi kebiasaan impor. Penurunan impor mampu ditekan 1,4% menjadi US$15,3 miliar. Surplus tersebut mengurangi defisit neraca perdagangan akhir tahun ini,” imbuh Mendag Rachmat Gobel.
Senada dengan Partogi, Rachmat berpendapat ekspor CPO pada sisa tahun ini bakal menjadi penopang utama kinerja ekspor nonmigas. Ekspor CPO merupakan yang mengalami peningkatan tertinggi sebesar 29,7% (MoM) dan 36,9% (YoY).
“Hal ini dipicu oleh beberapa hal antara lain tarif BK CPO nol persen sejak Oktober 2014, serta peningkatan permintaan India dan Tiongkok. Peningkatan permintaan dari Tiongkok karena mengurangi impor minyak rapeseed,” imbuhnya.
Sementara itu, ekspor ke negara-negara berkembang juga naik signifikan pada Oktober dari bulan sebelumnya. Ekspor ke Australia naik signifikan 36,2%, Uni Emirat Arab 30,1%, Mesir 56,1%, dan Arab Saudi 9,4%.