Bisnis.com, JAKARTA-- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Fasli Jalal menyatakan Indonesia siap menyambut bonus demografi yakni ketika jumlah penduduk usia produktif lebih besar dari pada jumlah tanggungan.
"Kami optimistis menyambut bonus demografi melihat profil anak muda yang saat ini sedang dipersiapkan untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin, bekerja dengan baik hingga menyiapkan masa depan yang lebih cerah," kata Fasli di Jakarta, Jumat (28/11/2014).
Dia menyampaikan itu pada peluncuran laporan situasi kependudukan dunia 2014 dengan tema "Kekuatan 1,8 miliar Remaja, Pemuda, dan Transformasi Masa Depan" oleh Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa Bangsa atau United Nations Population Fund (UNFPA) bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana.
Fasli menceritakan pada 2012 dari 100 angkatan kerja usia 15-64, hanya menanggung 50 orang yang tidak produktif atau mereka yang berusia 0-14 tahun dan di atas 65 tahun.
Kondisi ini berbeda dengan kondisi pada 1971 ketika 100 angkatan kerja harus menanggung 86 orang yang tidak produktif sehingga kesempatan untuk investasi membangun fasilitas pendidikan dan kesehatan terkendala, akibat jumlah penduduk yang mengantungkan diri kepada yang bekerja terlalu besar, kata dia.
Fasli mengatakan melalui program Keluarga Berencana jumlah penduduk yang harus ditanggung oleh mereka yang bekerja sudah menurun hingga 50 orang. "Ketika jumlah penduduk yang harus ditanggung kurang dari separuh total angkatan kerja maka saat itu bonus demografi dimulai," kata dia.
Menurut Fasli, mereka yang akan menjadi penentu bonus demografi adalah para pemuda dimana jumlahnya saat ini mencapai 65 juta orang.
Jika setiap pemuda Indonesia bisa menyelesaikan pendidikan minimal SMA sederajat maka mereka akan menjadi tenaga kerja produktif yang handal, kata dia.
Demikian juga jika ada yang tidak sempat menyelesaikan pendidikan formal namun diberikan pelatihan keterampilan yang menjadi modal hidup maka akan menjadi tenaga terampil, katanya.