Bisnis.com, PEKANBARU—Presiden Joko Widodo melakukan blusukan ke sejumlah wilayah di Riau, diantaranya meninjau sejumlah titik bekas kebakaran lahan dan hutan (karhutla) di Kabupaten Kepulauan Meranti dan Cagar Alam Biosfer, pada Rabu (26/11) siang ini.
Menanggapi kunjungan Presiden ke Riau, Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Nana Suparna berharap Presiden menemukan solusi yang komprehensif terhadap persoalan kebakaran lahan dan hutan yang selama ini kerap terjadi di Riau dan beberapa wilayah lain seperti Kalimantan.
Nana mengatakan kebakaran hutan di Riau rutin terjadi setiap tahun karena disebabkan banyak faktor mulai dari kebiasaan membuka lahan dengan cara dibakar, banyak lahan yang telantar karena habis izinnya, dan perambahan sehingga diperlukan solusi komprehensif.
Menurut Nana, pelaku usaha kehutanan juga menjadi korban jika terjadi kebakaran karena sudah menanamkan investasi tinggi. Dia menegaskan para pengusaha kehutanan tidak mungkin melakukan pembakaran karena membahayakan investasi yang sudah digelontorkan.
"Tapi sayangnya, kami justru selalu menjadi satu-satunya pihak yang selalu disalahkan," kata Nana, di Pekanbaru, Rabu (26/11).
Nana menegaskan, mitigasi dan adaptasi penanggulangan kebakaran seharusnya lebih ditekankan kepada pencegahan dari pada pemadaman kebakaran. Oleh sebab itu, pemerintah harus berdiri di depan untuk mensosialisasikan masalah dan memperbaiki sejumlah aturan yang membuka celah terjadinya kesengajaan pembakaran lahan oleh masyarakat. Celah untuk melakukan pembakaran terbatas terdapat pada UU No. 32/2009.
“Kearifan lokal di sini dapat melakukan pembakaran lahan dengan luas maksimal dua hektar per kepala keluarga, ini yang harus direvisi," katanya.
Sementara itu, Sekjen Himpunan Ilmu Tanah Indonesia Suwardi menyatakan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan bisa terjadi di tanah mineral atau tanah gambut. Hanya saja, gambut banyak disebut karena Riau didominasi lahan gambut.
"Jadi, pengelolaan lahan gambut tidak berkorelasi dengan kebakaran. Kebakaran gambut hanya menjadi akibat dari kegiatan masyarakat membuka lahan," ujarnya
Menurut dia, mengidentikan gambut dengan kebakaran sengaja dihembuskan pihak tertentu untuk membatasi pemanfaatan sumberdaya itu untuk mendukung pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Suwardi menegaskan, lahan gambut bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan menerapkan tata kelola air secara ketat.
"Teknologi ekohidro menjadi solusi untuk pemanfaatan gambut," katanya.
Jokowi sendiri tiba di Pekanbaru pada pukul 13.30 WIB molor dari jadwal semula pukul 11.30 WIB. Jokowi dan rombongan berangkat dari Bengkulu. Turut mendampingi diantaranya Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri Lingkungan dan Kehutanan Siti Nurbaya dan sejumlah menteri lainnya.