Bisnis.com, JAYAPURA - Untuk memenuhi kewajiban pembangunan smelter di Gresik dan Papua atau Balikpapan, saat ini PT Freeport Indonesia tengah melakukan pemilihan lokasi yang kebutuhannya mencapai 100 hektare.
Ada empat calon mitra yang mengajukan, namun belum mampu menyiapkan lahan seluas itu.
Tujuan pembangunan smelter itu adalah agar produk diekspor merupakan barang jadi sehingga lebih komersial. Namun, secara bisnis pembangunan smelter tidaklah menguntungkan.
Presdir PT Freeport Indonesia Rozik B Soetjipto menjelaskan bahwa saat ini Freeport masih mengkajinya karena nilai investasinya besar sekali terutama untuk kebutuhan tenaga listrik yang mencapai 150 megawatt. "Di sini [Papua] saja sekarang masih kekurangan tenaga listrik."
Ia meminta agar pemerintah mau memperpanjang tenggat yang tinggal 2,5 tahun lagi agar Freeport bisa? membangun smelter. "Jangan hanya 2,5 tahun dong. Jika diperpanjang kan bisa bersamaan dengan pembangunan pabrik semen dan pembangkit listrik yang baru."
Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang telah bertemu dengan Presdir PT Freeport Indonesia dan Gubernur Papua Lukas Enembe. Oesman meminta agar Freeport bisa bekerja sama dengan Pemprov untuk segera membangun smelter.
"Hasil kunjungan ke Freeport dan pertemuan dengan gubernur, saya simpulkan smelter harus tetap dibangun di Papua, jangan di tempat lain," ujarnya.
Menurut dia, lebih bagus pembangunannya kerja sama pemprov, bersamaan dengan pabrik semen dan pupuk. Dana otsus pemprov bisa buat modal kerja sama itu," jelasnya.
