Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PRODUKSI KAKAO: Sulit Bagi RI Geser Pantai Gading

Dewan Kakao Indonesia pesimistis rencana pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen kakao terbesar dapat terealisasi mengingat tingginya selisih total produksi kakao dalam negeri dengan Pantai Gading yang selama ini menjadi produsen nomor satu kakao dunia.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Dewan Kakao Indonesia pesimistis rencana pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen kakao terbesar dapat terealisasi mengingat tingginya selisih total produksi kakao dalam negeri dengan Pantai Gading yang selama ini menjadi produsen nomor satu kakao dunia.

Ketua Dekaindo Soetanto Abdullah mengatakan rencana anggaran rehabilitasi tanaman kakao Rp1,2 triliun belum cukup membuat Indonesia menjadi produsen terbesar dalam waktu empat tahun. Pasalnya, perbaikan tanaman tidak bisa langsung dirasakan dalam waktu cepat.

“Perlu kerja ekstra keras, karena perbaikan itu tidak bisa langsung melonjak naik. Ini perlu waktu,” katanya saat dihubungi Bisnis, (10/11/2014).

Soetanto mengatakan dengan memaksimalkan program rehabilitasi atau dengan meneruskan gerakan nasional kakao (Gernas), produksi kakao paling realistis hanya dapat melampaui capaian Ghana yang selama ini berada di posisi dua dunia.

Merujuk pada data International Cocoa Organization (ICCO) produksi kakao Indonesia berada di posisi 3 dunia dengan 410.000 ton. Capaian tersebut masih jauh dibawah Pantai Gading sebesar 1.449.000 ton dan Ghana sebesar 835.000 ton.

Berdasarkan data ini, Soetanto mengatakan tugas pemerintah cukup berat karena perlu menaikkan total produksi hingga lebih dari 3 kali lipat untuk membalap Pantai Gading. Dengan peremajaan selama empat tahun, target menjadi nomor dua dengan menggeser Ghana masih dinilai realistis.

Sementara itu, data Kementerian Pertanian menyatakan produksi kakao nasional mencapai 712.000 ton pada tahun lalu. Apabila merujuk pada data resmi Kementerian, Soetanto mengatakan produksi kakao setidaknya bisa bertambah dua kali lipat dari saat ini apabila kedua program tersebut terus dilakukan.

“Sementara program Gernas yang dilakukan 2009-2011 hasilnya baru mencapai 25-30% dalam waktu tiga tahun ini. Dalam waktu empat tahun, mungkin produksi bisa menjadi dua kali lipat dari saat ini dengan syarat harus konsisten dan terus menerus,” katanya.

Soetanto mengatakan potensi kakao Indonesia seharusnya bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat dari produktivitas saat ini yang mencapai 600 kg/ha. Selain rehabilitasi tanaman, intensifikasi juga harus diperhatikan untuk mencapai target itu.

“Program Gernas itu bagus, tapi ini harus terus menerus diadakan lagi. Selain itu, peran penyuluh dan generasi muda yang kini kurang peduli dengan kakao juga harus diperhatikan pemerintah,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Irene Agustine
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper