Bisnis.com, KARAWANG—Pasar kendaran niaga nasional selama sembilan bulan terakhir menyusut 4,26% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Soerjono mengatakan penjualan kendaraan niaga truk di dalam negeri menurun tetapi 80% penyerapan tetap berasal dari konsumen lokal.
“Kalau kendaraan komersil di dalam negeri dari 100% produksi yang diekspor sekitar 20%,” tuturnya kepada Bisnis, Rabu (5/11/2014).
Berdasarkan catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) terjadi penyusutan pasar truk dan pikap pada Januari – September tahun ini sekitar 4,26% secara year on year. Sepanjang sembilan bulan terakhir jumlahnya 234.084 unit, sedangkan periode yang sama tahun lalu 244.500 unit.
Penyebab penurunan penjualan khususnya di segmen truk lagi-lagi terpengaruh perlambatan bisnis pertambangan. Sementara pengalihan ke segmen lain seperti konstruksi tak berjalan gesit karena berbagai proyek relatif teredam perkembangannya terpengaruh hajatan politik.
“Sekarang semua tipe sebenarnya turun. Kendaraan niaga ini karena tambang belum beroperasi karena tidak ada smelter,” ucap Soerjono.
Realisasi penjualan dari pabrikan ke diler secara khusus di segmen truk selama Januari - September terakhir tercatat 73.188 unit untuk truk ringan. Sementara penjualan truk kelas menengah 10.434 unit dan 7.409 unit untuk truk kelas berat.
PT Hino Motors Manufacturing Indonesia (HMMI) mengaku merasakan pula tren penyusutan penjualan kendaraan niaga. Kendati demikian agen tunggal pemegang merek Hino ini mengklaim pangsa pasarnya justru meningkat.
Presiden Komisaris PT HMMI Toshiro Mizutani menyatakan keseluruhan pasar domestik pada tahun ini bisa menyusut hingga 10% terhadap tahun lalu. Selain terpengaruh perlambatan bisnis di sektor tambang, makro ekonomi nasional juga dirasakan melemah sehingga penjualan kendaraan terimbas.
“Tapi kami meraup peningkatan pasar dibandingkan tahun lalu. Pangsa pasar di truk kategori tiga pada tahun ini 62%, tahun lalu 57%,” tuturnya.
Sepanjang tahun ini, Hino menargetkan dapat melego 30.000 unit kendaraan niaga. Adapun jumlah ini lebih sedikit ketimbang realisasi tahun lalu yang mencapai 34.000 unit. Kini konsumen Hino, terutama untuk truk, mayoritas berasal dari sektor logistik.
Penjualan Hino diproyeksikan semakin tertekan hingga empat bulan mendatang jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Walaupun demikian HMMI mendukung kebijakan ini demi menyehatkan perekonomian nasional secara makro.