Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian tengah mengkaji penggeseran pola tata ruang peternakan sapi yang selama ini terkonsentrasi di Pulau Jawa, sebagai upaya mengurangi importasi susu yang tiap tahun terus meningkat.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Syukur Iwantoro mengatakan selama ini 99,47% peternakan sapi dan industri pengolahan susu (IPS) yang berjumlah 43 seluruhnya berada di Pulau Jawa.
Dia mengatakan kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab sulitnya mengembangkan sapi perah di Indonesia, mengingat lahan untuk pakan di pulau Jawa semakin terbatas sehingga biaya pakan semakin mahal.
“Ini akan memengaruhi performa dalam bentuk produktivitas. Kalau tidah berubah, lama-kelamaan sapi perah di Indonesia akan habis, dan impor akan semakin meningkat,” katanya di kantornya, Jakarta, seperti dikutip Bisnis, (23/10/2014).
Syukur memaparkan bahwa produksi susu nasional tahun lalu mencapai 980.624 ton sedangkan kebutuhan nasional susu mencapai 2,84 juta ton pada tahun ini. Sementara itu, pemenuhan susu terus meningkat tiap tahunnya. Pada tahun ini impor susu tercatat 79% dari kebutuhan nasional, setelah pada tahun sebelumnya mencapai 70%.
Dia mengatakan Kementan, Kemenperin, BKPM telah menyepakati formulasi untuk mendorong industri pengolahan susu ke luar pulau Jawa dengan beberapa kemudahan untuk investor nantinya.
Pertama, insentif akan diberikan berbentuk tax allowance. Kedua, IPS berkewajiban untuk melakukan kemitraan dengan peternak rakyat secara khusus dengan bentuk inti plasma.
“Jadi kalau inti plasma IPS nanti harus mengembangkan farm juga. Kekurangannya, harus dikembangkan melalui plasma. Seperti pada kelapa sawit, Sumatera dan Sulawesi bisa jadi pilihan karena lahan tersedia dan pakan juga,” katanya.
Tidak hanya perusahaan di luar pulau, tetapi perusahaan di dalam pulau Jawa juga harus membangun bentuk inti-plasma dalam waktu lima tahun, sehingga pengembangan susu akan semakin maksmimal dengan sokongan peternak rakyat.
Dia mengatakan pemerintah daerah dan pusat juga diharapkan dapat membangun infrastruktur yang memadao untuk menunjang pembangunan IPS agar beroperasi maksimal.
“Selama ini terkendala infrastruktur, kemudian pasar lebih banyak di Jawa, kalau dikembangkan dengan transportasi yang mudah, diharapkan produksi susu akan meningkat,” katanya.
Syukur mengatakan sentralisasi pengembangan industri di pulau Jawa ini telah memicu penurunan jumlah sapi perah di Indonesia. Pada tahun 2012, sapi perah mencapai 612.000 ekor dan mengalami penurunan hingga 444.000 pada 2013.
Sementara itu, produksi sapi perah tahun ini diperkirakan dapat mencapai 483.000 ekor. Syukur mengatakan saat ini beleid tersebut masih dalam tahap pembahasan, dan diharapkan dapat selesai dalam bentuk Peraturan Pemerintah pada tahun ini.