Bisnis.com, JAKARTA – Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan menyatakan perlu adanya satu peta dalam menangani angka deforestasi hutan di Indonesia yang selama ini selalu berbeda-beda.
Deputi V UKP4 Tjokorda Nirarta Samadhi mengatakan data kehutanan yang akurat antara laju dan luasan deforestasi dibutuhkan guna merumuskan kebijakan yang efektif dalam mengurangi emisi dan deforestasi tersebut.
“Salah satunya dengan menghadirkan satu peta Indonesia yang menjadi wahana penetapan wilayah hutan di Indonesia,” katanya di Jakarta, Kamis, (16/10).
Tjokorda menjelaskan selama ini data deforestasi dari para peneliti kehutanan yang beragam memicu kebingungan publik sehingga mengakibatkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah.
Padahal, dia mengatakan Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon sebesar 26% pada tahun 2020, atau 41% jika mendapatkan dukungan pendanaan internasional.
“Saat ini Kementerian Kehutanan menggunakan data secara manual dan visual, ini ada keuntungan dan kerugian. Nah metode-metode baru, seperti yang dilakukan Belinda ini bisa melengkapi dari yang dilakukan Kemenhut,” jelasnya.
Belinda Margono merupakan staff Ditjen Planalogi Kementerian Kehutanan yang melakukan penelitian mengenai angka deforestasi pada hutan alam dengan menggunakan metode pemetaan penginderaan jarak jauh.
Hasil penelitian Belinda menyebutkan bahwa hutan alam Indonesia tergerus hingga enam juta ha pada periode 2000-2012. Adapun prinsip penelitian mandiri yang dilakukan Belinda menggunakan aspek digital atau menggunakan nilai-nilai pixel.
“Kalau Kemenhut yang di data itu hutan yang hilang dan yang tumbuh kembali. Kalau data saya diketahui dalam bentuk gross, jadi hutan alam yang hilang. Itu perbedaan teknisnya, Kementerian lebih luas,” katanya.
Sementara itu, data lainnya dari Matthew Hansen melansir tingkat deforestasi dengan metodologi yang berbeda karena meliputi hutan alam, hutan tanaman dan kategorisasi hutan dengan pohon diatas 5 meter.
“Banyak data deforestasi seperti yang dilakukan Hansen yang fokus kepada deforestasi tingkat global, sementara data ini lebih ke tingkat nasional dan fokus pada hutan alam. Menggunakan landsaat dengan ketelitian detail 30 meter,” jelas Belinda.
Tjokorda mengatakan Kementerian Kehutanan tengah memutakhirkan data-data yang ada sehingga homogenisasi wilayah yang hilang akibat deforestasi dapat dimiliki dengan rinci.
“Dengan demikian kita punya bahan yang sama dan dinamika hutan kita seperti apa, sehingga kelola mengenai deforestasi ini dapat didata dengan akurat,” katanya.