Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian memperkirakan ketersediaan beras nasional akan surplus sampai akhir tahun, walaupun Perum Bulog telah meneken kontrak impor 425.000 ton beras dari Thailand dan Vietnam untuk mengamankan stok beras nasional.
Plt Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Haryono menilai pasokan beras tahun ini aman bahkan akan surplus mengingat Angka Ramalan I yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 69,87 juta ton atau setara dengan 43 juta ton beras.
“Sedangkan kebutuhan beras nasional mencapai 35 juta ton per tahun jika dihitung menggunakan patokan konsumsi beras 139 kg per kapita per tahun. Jadi masih ada pasokan yang cukup,” ujarnya, Senin (13/10/2014).
Mengacu pada ARAM I, sedikitnya surplus beras 8 juta ton akan terjadi pada tahun ini. Ditambah, Haryono memprediksi produksi GKG akan melonjak pada ARAM II.
Menurutnya, kondisi el nino dan musim hujan yang terpantau normal akan menguntungkan masa panen akhir tahun sehingga dapat menggenjot peningkatan produksi lebih dari 70 juta ton.
“Dalam kondisi normal seperti ini kami harapkan ARAM II naik, melebihi 70 juta ton. Pasokan padi akan aman sampai akhir tahun.” Tuturnya.
Selain itu, dia mengatakan saat ini standing crops (tanam padi yang akan dipanen) dalam kondisi yang baik karena kondisi normal yang sedang terjado dan dampak kekeringan yang terjadi pada bulan lalu sangat kecil.
“Catatan kemarin dari 130.000 ha lahan yang kekeringan, hanya 10.000 ha pusonya. Sebagian besar normal dan produksi akan surplus,” tuturnya.
Di sisi lain, pemberitaaan Bisnis (10/10/2014) menyatakan Bulog tetap mengimpor 175.000 ton beras Thailand dan 350.000 ton beras Vietnam jenis beras medium dan premium untuk menjaga stabilitas dan ketahanan pangan nasional.
Importasi dilakukan karena kondisi saat ini memungkinkan Permendag No. 19 tahun 2014 pasal 8 di lakukan, yakni persediaan beras per Juni 2014 kurang dari 1,5 kali kebutuhan penyaluran Juli-Desember, harga beras rata-rata jauh diatas HPP (diatas 25%) dan prediksi penurunan produksi padi hingga 1,98% atau 1,4 juta ton beras oleh BPS.
“Kalau dari sisi produksi Kementan katakan aman. Nah, impor bulog biasa dilakukan untuk buffer stock sehingga lebih mengantisipasi terjadinya kekurangan dan adanya beras khusus,” kata Haryono.