Bisnis.com, JAKARTA—Produsen semen tetap menyimpan keyakinan dalam hati bahwa permintaan akan membaik selama kuartal terakhir 2014.
Presiden Direktur PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Dwi Soetjipto berpendapat pasar semen domestik tak bisa dibilang lemah tetapi juga tidak menunjukkan geliat signifikan. Selama Januari – September tahun ini permintaan tumbuh sekitar 3,4% (year on year).
“Industri memang tumbuh tetapi tidak tumbuh signifikan, tadinya kami asumsikan bisa tumbuh sampai 6%,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (13/10/2014).
Presiden terpilih Joko Widodo diharapkan mampu menggerakkan jajarannya agar langsung tancap gas melanjutkan sekaligus memperbaiki infrastruktur. Sejalan dengan itu pembangunan infrastruktur oleh swasta ikut terpacu.
Jika selama kuartal terakhir permintaan terus meningkat, maka bagi perseroan sendiri target pertumbuhan penjualan 4% - 4,5% pada tahun ini bisa tercapai. Total pangsa Semen Indonesia di Tanah Air setara 43,9% pasar selama semester pertama.
“Kami harap datangnya pemerintahan baru maka iklim invetasi bisa lebih bagus jadi pertumbuhan proyek infrastruktur swasta juga lebih bagus,” ucap Dwi.
Semen Indonesia tetap menaruh asa selama enam bulan terakhir 2014. Tren penjualan perseroan lazimnya terealisasi 45% dari target 27 juta ton pada semester pertama, 55% di separuh kedua. Pada tahun ini berubah menjadi 40 : 60.
Perseroan meyakini kuartal terakhir bakal lebih baik daripada kuartal III. Pasalnya sudah ada kepastian soal pilpres dan pemerintahanpun sudah berganti. Dwi meramalkan kuartal keempat tahun ini bisa tumbuh 6% - 7% terhadap kuartal ketiga.
Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengemukakan pendapat senada. Selama Oktober – Desember penjualan diharapkan bisa meningkat antara 6% - 8%. Jika ini tercapai maka target pertumbuhan penjualan nasional 4% - 5% tercapai.
ASI mencatat selama sembilan bulan pertama tahun ini semen terjual 42,1 juta ton atau naik 3,4% (year on year). “Membaiknya permintaan karena pada September proyek pemerintah pusat maupun daerah sudah mulai bergerak lagi dengan selesainya pilpres,” kata Widodo.
Penggerak utama pada bulan lalu diperkirakan berasal dari proyek properti, seperti apartemen, perumahan, perhotelan. Selain itu juga ada infrastruktur semisal jalan, jembatan, pelabuhan, dan pabrik pengolahan hasil tambang.
Kenaikan penjualan tertinggi berada di Sulawesi mencapai 7,2%. Wilayah lain seperti Pulau Jawa meningkat 4,3%, Sumatera 2,1%, Kalimantan 1,5%, serta Papua dan Maulu sekitar 0,6%. Tapi permintaan di Bali dan Nusat Tenggara justru turun 2%.
Penjualan di wilayah tersebut pada September saja turut melorot 12,8% terhadap bulan yang sama tahun lalu menjadi 269.000 ton. Wilayah lain yang mengalami penurunan adalah Kalimantan 0,7% menjadi 381.000 juta ton.
“Bali dan Nusa Tenggara permintaan berkurang karena proyek jalan ton dan bandara di sana sudah selesai,” ujar Widodo.