Bisnis.com, JAKARTA--Pengusaha di sektor hilir kertas juga mempertanyakan alasan Asia Pulp & Paper (APP) dalam permohonan pemberlakukan pengaman bisnis (safeguard).
Importir mengaku bingung dengan kemampuan APP sebagai produsen kertas yang menguasai 60% pasar global tetapi kalah saing dengan produk kertas impor.
Purchasing Manager PT Solo Murni Wulan Kantiasih berpendapat dengan kemampuan yang dimiliki APP sebagai produsen kertas terintegrasi seharusnya kertas lokal lebih murah dibandingkan dengan produk impor.
Harga kertas lokal yang ditetapkan anak usaha APP, PT Cakrawala Mega Indah (CMI) di Tanah Air justru mendorong pelaku bisnis hilir membeli dari luar negeri. Dengan kata lain kerugian yang diklaim Tjiwi Kimia dan Pindodeli akibat lonjakan kertas impor pada dasarnya disebabkan masalah internal perusahaan.
"Kalau berdasarkan data RISI, mereka [APP] peningkatan bisnisnya justru di pulp tetapi kertas turun. Bisa jadi mereka ekspor pulp lalu masuk lagi ke Indonesia menjadi kertas jadi," ucap Wulan, Senin (13/10/2014).
Menurutnya, APP menghendaki margin berlebihan. Oleh karena itu penetapan kebijakan safeguard yang diklaim untuk melindungi produsen kertas lokal tak lain untuk melindungi diri APP sendiri. Hal ini, imbuh Wulan, menjadi tak relevan dan akan mematikan industri converting nasional.
PT Solo Murni merupakan salah satu importir kertas dan kertas karton berlapis, kecuali kertas uang. Perseroan juga sekaligus produsen kertas cetakan buku tulis dengan merek dagang Kiky.