Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Penurunan Tax Ratio Diperkirakan Berlanjut

Tren penurunan tax ratio, perbandingan penerimaan pajak terhadap nilai produk domestik bruto (PDB), yang berlangsung sejak tahun lalu diperkirakan kembali merosot ke level 11,3% atau meleset dari target APBN Perubahan 2014 sebesar 12,38%.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Tren penurunan tax ratio, perbandingan penerimaan pajak terhadap nilai produk domestik bruto (PDB), yang berlangsung sejak tahun lalu diperkirakan kembali merosot ke level 11,3% atau meleset dari target APBN Perubahan 2014 sebesar 12,38%.

Angka 11,3% itu dihitung dari total penerimaan pajak APBNP 2014—termasuk cukai, bea masuk, bea keluar, dan pajak penghasilan migas yang di luar tanggung jawab Ditjen Pajak—sebesar Rp1.170 triliun dikurangi prediksi sementara shortfall pajak Rp75,2 triliun, dibagi total PDB Rp10.336 triliun.

Tax ratio menunjukkan seberapa jauh kemampuan pemerintah mengumpulkan pendapatan pajak atau menyerap kembali produk domestik bruto dari masyarakat dalam bentuk pajak. Dengan kata lain, tax ratio menunjukkan seberapa produktif sistem perpajakan pemerintah.

Selain itu, tax ratio biasa dimanfaatkan sebagai indikator ekonomi yang dipakai secara luas untuk menilai kinerja pemerintah. Oleh karena itu, semakin tinggi tax ratio suatu negara, maka semakin maju pula negara tersebut. Begitu pula sebaliknya.

Ketika dikonfirmasi, Dirjen Pajak Fuad Rahmany memilih tidak ingin berkomentar. “No comment ah. Saya hari ini lagi sibuk banget, dan lelah banget,” ujarnya dalam pesan singkat yang diterima Bisnis.

Tren penurunan tax ratio sejalan dengan tidak tercapainya target penerimaan pajak. Bahkan, berdasarkan catatan Bisnis, realisasi penerimaan pajak tidak pernah sekalipun menyentuh target penerimaan pajak sejak 2007 hingga 2013.

Di samping itu, pertumbuhan penerimaan pajak pun selalu berada di bawah 20% dalam lima tahun terakhir ini, dengan  tren yang terus mencatatkan penurunan. Alhasil, target tax ratio 16% yang dicanangkan pemerintahan baru bakal menemui kendala besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper