Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KOMODITAS TEBU Sulit Bersaing, Pemerintah Diminta Perbaharui Pabrik

kalangan petani tebu mendesak pemerintah untuk mengambil langkah terkait rendahnya nilai rendemen yang menyebabkan komoditas ini sulit bersaing.

Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan petani tebu mendesak pemerintah untuk mengambil langkah terkait rendahnya nilai rendemen yang menyebabkan komoditas ini sulit bersaing.

Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Sumitro Soemadikoen mengatakan pabrik gula yang ada di Indonesia didominasi oleh pabrik tua, yang menjadi penyebab rendahnya rendemen tebu dalam negeri.

"Kata kuncinya hanya memperbaiki rendemen, dan tanaman harus baik. Sehingga pemerintah harus memperbaharui pabrik dan manajemen pengelolaan ditingkatkan," katanya saat dihubungi Bisnis, (23/9).

Dia mengatakan jika pemerintah tidak memperbaharui pabrik, sebaiknya pihak swasta diperbolehkan masuk untuk meremajakan pabrik. "Dengan catatan pabrik swasta yang berbasis tebu," katanya.

Saat ini, angka rendemen tebu taksasi mencapai 7,15%. Di beberapa perusahaan gula, angka rendemen bahkan ada yang 6,8%. Sumitro mengatakan angka ini masih rendah bila dibandingkan dengan Thailand yang memiliki rendemen 12-14%.

Sementara itu, paparnya, kebutuhan gula dalam negeri tahun ini mencapai 5 juta ton. Rinciannya, 2,8 juta ton untuk keperluan industri, dan 2,2 juta ton untuk keperluan industri.

Dalam kondisi sekarang, tebu dalam negeri hanya mampu memproduksi 2,5 juta ton gula per tahun. Dengan ketersediaan lahan saat ini mencapai 450.000-460.000 hektar, dia mengatakan bukan tidak mungkin produksi tebu dapat mencapai 4,6 juta ton jika rendemen dinaikkan.

"Hitungannya dengan rendemen 6-7 % ini bisa menghasilkan 2,5 juta ton gula, maka jika rendemen naik 10%, maka produksi gula kita bisa mencapai 4,6 juta ton sehingga hampir mencukupi kebutuhan gula nasional," katanya.

Bila angka rendemen 10-12 %, Sumitro menilai petani tidak akan resah dengan harga produk produksi (HPP) yang selama ini berkisar di angka 8000-an.

"Dengan rendemen hanya 7 % kan ada tuntutan pada harga, sehingga dengan kisaran Rp8100-8200 pasar tidak bisa menyerap. Jika dinaikkan, mereka tidak masalah karena biaya produksi akan turun. Idealnya saja BEP tebu di Rp9000, " jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Irene Agustine
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper