Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa strategi tengah disiapkan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mencegah kematian massal ikan, seperti yang terjadi di Danau Maninjau Agustus lalu.
Direktur Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mengatakan perlu adanya perhatian dari Pemerintah Daerah dalam mengatur kapasitas tambak ikan yang sudah kelebihan dari batas yang ditentukan.
“Di sana [Danau Maninjau] sudah over capacity, kapasitasnya 6.000 keramba, tapi nyatanya sampai 12.000 keramba lebih,” katanya, Senin (8/9/2014).
Kedua, dia mengatakan perlu adanya perencanaan yang tepat dalam pra hingga pasca panen dengan memperhatikan timing yang pas guna mengantisipasi fenomena upwelling, yang ditenggarai juga jadi penyebab kematian massal ikan di Danau Maninjau.
“Upwelling itu biasa terjadi di bulan November sampai Maret, tetapi di luar kebiasaan bulan Agustus sudah terjadi karena cuaca ekstim, saat itu karena hujan.”jelasnya.
Ketiga, Pemerintah Daerah belum turun langsung untuk mengatur dan membina para pembudidaya dengan teknik budidaya yang benar dan menghindari resiko.
“Ini sudah sering terjadi, seharusnya kita bisa me-managenya dengan waspada, dua bulan sebelumnya sudah harus antisipasi untuk tidak melakukan penebaran dan panen harus sudah dilakukan,” katanya.
Dalam waktu dekat, KKP juga akan menyedot sedimentasi atau limbah pakan ikan yang diduga juga memicu kematian ikan di Danau Maninjau yang kerugiannya mencapai Rp51 miliar tersebut.
Dengan beberapa penanganan tersebut, Slamet berharap penurunan kematian ikan budidaya dapat berkurang hingga 10% tahun depan.
"Kami ingin targetkan 20%, tapi karena cuaca ini tidak menentu. Kami mulai 10%, perlahan-lahan terus diperbaiki," tutupnya.