Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian menilai masalah ekstensifikasi lahan masih jadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintahan baru untuk menggenjot produksi komoditas kedelai.
Menteri Pertanian Suswono mengatakan selain harga, produksi kedelai yang sebelumnya ditargetkan swasembada pada pemerintahannya disebabkan oleh terbatasnya lahan tanam petani yang tidak bisa dikelola Kementan, namun kelembagaan yang lain.
“Kedelai ini kan masalah harga dan lahan, sejak awal kita memang selalu menginginkan penambahan lahan 500.000 hektar, tapi Kementan tidak menguasai persoalan lahan,” katanya di Gedung Kementan, (27/8/2014).
Dia mengatakan kondisi petani kedelai saat ini masuk dalam kategori petani miskin struktural yang rata-rata hanya mengelola 0,3 hektar lahan, sedangkan idealnya satu petani seharusnya mengelola 2 hektar lahan.
“Jika terus di angka 0,3 hektar, petani tidak akan sejahtera. Sekarang saja per kapita kita hanya 560 meter persegi, jauh bila dibandingkan Thailand yang sudah 5000 meter persegi,” tuturnya.
Kementan mencatat pengurangan lahan tanam kedelai sebesar 540.000 hektar terjadi dalam kurun waktu 16 tahun. Pada 2012, luas area tanam kedelai menurun dari 570ribu ha menjadi 550ribu ha.
Akibatnya, penurunan produksi kedelai terjadi hingga 200.000 ton sejak 2009. Produksi kedelai tahun lalu tercatat menurun dari 840.000 ton pada 2012, menjadi 780.000 ton.
Selain lahan, Suswono mengatakan harga kedelai yang jatuh juga menjadi salah satu faktor yang mendorong produksi kedelai masih loyo. Kementan mencatat pada ARAM II (bulan Juni) produktivitas kedelai menurun dari 14,85 ku/ha menjadi 14,57 ku/ha.
“Didukung soal harga. Kedelai harganya sudah jatuh, sementara petani punya pilihan untuk memilih, tentu dia memilih tanaman yang menguntungkan. Itu di luar kendali kementan,” katanya.
Selain ekstensifikasi lahan, menurut Suswono, kemauan politik yang kuat dan anggaran yang tepat juga menjadi solusi untuk mencapai swasembada pada komoditas yang sebelumnya ditargetkan tercapai tahun ini, seperti kedelai, tebu, beras, jagung dan sapi.
Dia berpendapat RAPBN 2015 yang mengalokasikan anggaran untuk Kementan sebesar Rp 15,8 triliun, subsidi pupuk Rp35,7 triliun dan Rp939,4 miliar subsidi benih masih tidak jauh berbeda seperti tahun lalu.
“APBN relatif sama, masih stagnan saja. Fokus untuk dua poin itu saja bagi pemerintahan baru” katanya.