Bisnis.com, SEMARANG--Direktur Utama (Dirut) PT Kereta Api Indonesia (KAI) Ignatius Jonan mengatakan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang diberikan pemerintah mestinya diberikan untuk pembangunan infrastruktur kereta api.
Jonan menjelaskan berdasarkan fakta di lapangan kompensasi subsidi BBM berupa bantuan langsung tunai masyarakat (BLSM) justru diterima oleh masyarakat dengan ekonomi mampu. Hal itu bisa dilihat banyaknya penerima kompensasi subsidi dari kalangan orang berduit yang memiliki mobil.
“Saya berharap subsidi BBM bisa disalurkan untuk pembangunan infrastruktur kereta api. Karena selama ini subsidi BBM membuat rakyat kian melarat, sebab pihak yang disubsidi tidak layak menerima. Dan sebaliknya,” katanya pada seminar Indonesia Optimis di Kampus Universitas Katolik (Unika) Soegijopranoto, Semarang, Rabu (27/8/2014).
Menurut dia, kebanyakan yang menikmati subsidi BBM tersebut bukan rakyat miskin, tapi orang kaya pemilik mobil mewah. Meski masyarakat yang memiliki sepeda motor sebenarnya berhak mendapatkan subsidi BBM, namun orang kaya juga banyak yang memiliki sepeda motor. Jika dia diberi kewenangan penuh di dalam pemerintahan, Jonan bertekad akan menghapus subsidi BBM tersebut.
Jonan memaparkan anggaran dana subsidi BBM yang mencapai Rp200-an triliun mestinya bisa dialihkan untuk pembangunan infrastruktur jalan, termasuk pengadaan jalur kereta api (KA) baru di beberapa daerah yang belum terlintasi kereta.
“Ribuan kilo meter jalur rel KA baru bisa dibangun, semisal jalur KA lintas Sumatera sekitar 2.500 km hanya membutuhkan dana Rp50 triliun. Nah, kalau subsidi itu dialihkan ke infrastruktur kan lebih bagus,” ujarnya.
Jonan menambahkan pembangunan jalur rel KA lintas selatan Jawa Tengah (Jateng) sampai Banyuwangi, Jawa Timur sepanjang 1.000 km memerlukan dana Rp10 triliun bisa diambil dari kompensasi subsidi tersebut.
“Jadi manfaatnya lebih besar kalau subsudi BBM dicabut dan dananya dialihkan untuk pembangunan yang lebih manfaat bagi kesejahteraan rakyat,” ujarnya.
Menurutnya, KAI hingg saat ini belum bisa membangun jalur rel KA lintas Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua karena tidak memiliki dana. Jonan mengatakan dana yang dibutuhkan untuk pembangunan jalur baru membutuhkan dana yang cukup besar.