Bisnis.com, BANDUNG—Industri kecil makanan dan minuman di Jawa Barat akan terdampak paling awal terkait rencana kenaikan elpiji 12 kg yang akan dilakukan Pertamina dalam waktu dekat.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jabar Anton Gustoni mengatakan UKM makanan dan minuman di Jabar jumlahnya cukup besar paling terpukul akibat kenaikan gas 12 kg. Menurutnya hal ini berkaca pada pengalaman kenaikan gas tersebut beberapa bulan lalu.
“Sudah pasti UKM yang terkena dampaknya, terutama industri kecil makanan dan minuman,” katanya pada bisnis, Kamis (14/8/2014).
Anton menilai saat ini pelaku UKM mamin sudah mulai resah, karena setelah lebaran penyesuaian harga telah dilakukan. Rencana kenaikan otomatis membuat para pelaku harus kembali melakukan penyesuaian, sementara konsumen baru terbiasa dengan harga yang baru.
“Kondisi ini kurang menguntungkan bagi penjualan makanan dan minuman,” katanya.
Ketua Apindo Jabar Dedy Widjaja mengatakan mayoritas saat ini kontribusi elpiji 12 kg di industri makanan mencapai 60% dari beban biaya keseluruhan."Kalau Pertamina ngotot menaikkan elpiji ini akan semakin meningkatkan beban biaya pada industri kecil," katanya kepada Bisnis.
Dia menjelaskan apabila elpiji 12 kg jadi dinaikan maka pelaku usaha akan menaikkan ongkos produksi 10%-15%, yang akhirnya berimbas pula terhadap daya beli masyarakat. Menurutnya, semestinya pemerintah memperhatikan keberadaan industri kecil tersebut, bukan bersikeras untuk menaikkan elpiji 12 kg.
"Mereka saat ini butuh insentif yang besar, bukan ditambah beban. Apalagi mau menghadapi pasar bebas Asean 2015, dipastikan kesulitan lagi untuk bersaing," katanya.
Dedy merasa heran dengan perilaku Pertamina yang terus menaikkan elpiji 12 kg. Padahal, katanya, sumber daya alam seperti gas sebagai bahan baku elpiji didapatkan di dalam negeri. Tidak seperti minyak bumi yang pengolahannya di luar negeri.
"Lebih baik mencabut subsidi BBM daripada menaikkan harga elpiji 12 kg. Berani nggak kalau mereka mencabut subsidi BBM?" ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar Ferry Sofwan mengatakan pihaknya khawatir agar menyiasati kenaikan elpiji 12 kg, para pelaku usaha dan masyarakat menggeser kapasitas ke elpiji 3 kilogram.
"Kalau gas elpiji 12 kg dinaikan yang terkena imbasnya rumah makan dan produksi makanan kelompok usaha menengah,” katanya.
Sementara itu, Asosiasi Kafe dan Restauran (AKAR) Kota Bandung menilai rencana penaikan gas elpiji 12 kg tidak akan berdampak terlalu besar terhadap industri kafe dan restauran.
Dedie Soekartin, Ketua AKAR Bandung mengatakan beban penggunaan gas untuk industri kafe dan restauran masih terbilang cukup kecil yaitu sekitar 3%, sehingga tidak akan mempengaruhi perkembangan bisnis para pelaku.
"Dampak dari kenaikan gas elpiji 12 kg ini pasti akan merata pada semua sektor. Para pengusaha kafe dan restauran sendiri saya yakin sudah mempertimbangkan hal seperti ini sebelumnya dan menyiapkan berbagai strategi bisnis tertentu," katanya.