Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahan Baku Obat Kimia Farma Suplai Garam Farmasi Pada 2015

PT Kima Farma (Persero) Tbk menargetkan pembangunan pabrik garam farmasi senilai Rp28,8 miliar di Plant Watudakon, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Jombang Jawa Timur mulai beroperasi pada semester II/2015 dan siap menyuplai kebutuhan bahan baku obat (BBO) nasional.

Bisnis.com, JOMBANG - PT Kima Farma (Persero) Tbk menargetkan pembangunan pabrik garam farmasi senilai Rp28,8 miliar di Plant Watudakon, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Jombang Jawa Timur mulai beroperasi pada semester II/2015 dan siap menyuplai kebutuhan bahan baku obat (BBO) nasional.

Direktur Utama Kimia Farma Rusdi Rosman mengatakan rencananya pabrik bahan baku garam farmasi Kimia Farma tersebut memiliki kapasitas produksi 2.000 ton/tahun. Sekitar 95% dari produksi garam farmasi tersebut akan diserap oleh industri farmasi di Tanah Air, sedangkan sisanya digunakan untuk produk obat Kimia Farma.

"Selama ini kebutuhan bahan baku garam farmasi nasional mencapai 3.000 ton/tahun dan semuanya harus impor, termasuk BBO lain. Jadi selama ini 95% BBO masih impor dari impor Jerman, China, Australia, Selandia dan India," jelasnya di usai acara Ground Breaking Pabrik Garam Farmasi Kimia Farma, di Jombang, Kamis (14/8/2014).

Dia memaparkan dalam industri farmasi, garam farmasi merupakan bahan baku yang banyak digunakan antara lain sebagai bahan baku sediaan infus, produksi tablet, pelarut vaksin, sirup, oralit, cairan pencuci darah, minuman kesehatan dan lain-lain.

Sedangkan dalam bidang kosmetika garam farmasi dipakai sebagai salah bahan campuran dalam pembuatan sabun dan shampoo.

General Manager Bussines Development Kimia Farma Verdi Budidarmo mengatakan bahan baku yang diolah menjadi garam farmasi tersebut disuplai oleh PT Garam (Persero), yang merupakan salah satu BUMN yang secara khusus memproduksi garam.

Kimia Farma memperoleh suplai garam dari PT Garam dengan harga Rp1.000/kg atau lebih tinggi dari harga garam di pasaran yakni Rp400/kg.

"Harapannya kalau sudah beroperasi, kapasitasnya bisa ditingkatkan lagi menjadi 6.000 ton/tahun pada 2016, dan tidak hanya memproduksi garam farmasi tetapi juga garam aneka pangan," ujarnya.

Diketahui, pabrik Kimia Farma di Jombang tersebut selama ini sudah memproduksi BBO berupa iodium dan produk turunannya berupa kalium iodac dengan kapasitas 40 ton/tahun, produk salap mata dan penambahan garam farmasi dengan memanfaatkan lahan pabrik seluas 1.800 m2.

"Harga garam farmasi impor selama ini sekitar Rp7.000/kg, tetapi kami akan menyuplai garam farmasi dengan harga lebih rendah sekitar Rp6.000-Rp6.500/kg," imbuhnya.

Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan produksi garam farmasi tersebut merupakan satu dari 11 penelitan jenis BBO yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang siap direalisasikan tahun ini oleh Kimia Farma.

"Satu masalah harus diselesaikan dulu, maka masalah berikutnya bisa dikerjakan," katanya.

Dahlan menambahkan PT Garam harus menyuplai sepenuhnya kebutuhan garam untuk Kimia Farma dengan harga yang sudah ditentukan sehingga tidak merugikan petani garam di Madura.

"Jangan sampai Kimia Farma nanti impor garam. Dengan kontrak begini, maka tidak akan memukul petani karena harga garam bisa jatuh saat musim panen terutama garam kelas 2 dan 3," katanya.

Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan pihaknya siap membantu industri bahan baku farmasi lain dalam bentuk teknologi agar kebutuhan bahan baku obat bisa diproduksi sendiri.

"BPPT memang merasa tertantang, dan para peneliti akhirnya berusaha melakukan kajian dalam bentuk pilot plan bahan baku garam farmasi. Jika memungkinkan, BPPT siap membantu pengembangan lagi dalam bentuk teknologi," ujarnya.

Sementara itu, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang mengatakan Kemenkes saat ini tengah mendorong pengembangan BBO baik untuk obat sintetis, semi sintesis, herbal dan bio teknologi melalui penerbitan road map terutama bagi perusahaan BUMN baik semi sintesis, herbal dan bio teknologi.

"Dunia farmasi memang harus bergerak dari hulu yakni memanfaatkan sumber daya alam. Senin depan kami akan membahas road map untuk produk-produk bahan baku dan inovasi yang bisa dikembangkan," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper