Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Larang Impor Produk Pangan dari AS dan UE, Indonesia Tidak Terpengaruh

Memanasnya hubungan Amerika Serikat dan Rusia diklaim tidak akan memengaruhi aktivitas ekspor RI ke kedua negara tersebut. Bagaimanapun, kondisi tersebut dinilai akan memberi sentimen negatif yang memicu turunnya permintaan global.
 Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi

Bisnis.com, JAKARTA – Memanasnya hubungan Amerika Serikat dan Rusia diklaim tidak akan memengaruhi aktivitas ekspor RI ke kedua negara tersebut. Bagaimanapun, kondisi tersebut dinilai akan memberi sentimen negatif yang memicu turunnya permintaan global.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan ketika terjadi ketidakpastian dalam percaturan politik dunia, pertumbuhan dan perbaikan ekonomi dunia akan bergerak lesu. “Jadi saya sangat prihatin,” ujarnya, Jumat (8/8/2014).

“Barang ekspor Indonesia seharusnya tidak ada masalah yang berarti. Namun, secara keseluruhan ekonomi dunia pasti akan terjadi imbas, yaitu tidak ada perbaikan dalam permintaan dan pertumbuhan dunia."

Rusia tengah mengembargo produk daging sapi, hortikultura, dan barang-barang pertanian lain dari AS.

Sayangnya, Indonesia belum mampu mendulang peluang kekosongan yang ditinggalkan produk AS di Rusia, karena ketiga jenis barang tersebut bukan merupakan produk ekspor unggulan RI.

“Kita tidak punya keunggulan komparatif itu. Kita tidak menjual hortikultura. Kalau sapi, mungin diary product seperti mentega atau minak hewani. Yang mungkin bisa kita pasok itu sawit, tapi kita lihat nanti ke depan,” kata Lutfi.

Dia mengungkapkan Kemendag akan menghelat pertemuan dengan menteri Ekonomi Rusia pada akhir Agustus atau awal September, guna membahas potensi perdagangan beberapa produk yang merupakan keunggulan komparatif Indonesia.

Menurut catatan Kemendag, tiga produk utama RI yang diekspor ke Rusia a.l. kelapa sawit dan turunannya, karet dan turunnya, dan produk kehutanan. Di sisi lain, Rusia berminat menjual gandum dan tepung terigu, serta barang industri seperti pesawat Sukhoi Superjet 100.

“Kita ini [mengekspor] hingga US$425 juta [sawit] ke Ukraina. Di Ukraina kemudian disebarkan dalam bentuk minyak goreng dan produk sawit lainnya. Namun, saya takut dengan kondisi Ukraina sekarang akan terganggu ekspornya. Jadi saya berharap hingga akhir Agustus ini, jika terganggu, kami akan memindahkan tujuan ekspor ke Rusia.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper