Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produktivitas Nasional: Ketimpangan Antarsektor Masih Jadi Penyakit

Dilihat dari struktur perekonomian saat ini sektor yang dominan adalah industri tetapi porsi pekerja masih banyak diserap oleh agrikultur atau pertanian.
Ilustrasi: Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu.
Ilustrasi: Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu.

Bisnis.com, JAKARTA-Ketimpangan produktivitas antarsektor memicu rendahnya produktivitas nasional.

Kondisi ini diperparah dengan pergeseran sektor penghasil utama yang tak diimbangi dengan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di sektor tersebut.

Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) I Kadek Dian Sutrisna mengatakan dilihat dari struktur perekonomian saat ini sektor yang dominan adalah industri tetapi porsi pekerja masih banyak diserap oleh agrikultur atau pertanian.

"Seharusnya mengikuti perkembangan struktur perekonomian. Sektor agrikultur itu sudah jenuh," katanya pada Bisnis, Minggu (3/8/2014).

Kadek lantas menjelaskan yang terjadi saat ini adalah perekonomian Indonesia sudah bergeser dari agrikultur ke industri.

Namun, SDM nya masih sangat gemuk di sektor pertanian.

Akibatnya potensi pertumbuhan di bidang industri belum bisa maksimal sedangkan sektor pertanian yang menyerap banyak tenaga kerja justru tak lagi banyak bertumbuh dan hanya berkontribusi kecil pada perekonomian.

Penelitian yang dirilis oleh Bank Dunia bulan lalu menunjukkan sektor agrikultur dan sektor ritel, hotel, dan restoran adalah sektor yang menyerap volume tenaga kerja terbesar.

Agrikultur menyerap 35% pekerja sedangkan ritel, hotel, dan restoran mencakup 21% pekerja.

"Pekerja di sektor-sektor ini memiliki produktivitas terendah dalam perekonomian," kata peneliti Bank Dunia dalam rilis tersebut.

Sementara itu jumlah pekerja yang terserap di sektor manufaktur hanya 14%.

Pekerja di sektor agrikultur dan ritel, perdagangan, hotel, dan restoran didominasi oleh SDM berpendidikan rendah.

Hanya 10% yang mengenyam pendidikan tingkat lanjutan di luar wajib belajar dan sekitar 60% pekerja tak punya kontrak kerja yang jelas.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper