Bisnis.com, JAKARTA -- Sejalan dengan pelemahan ekspor, Bank Dunia merevisi proyeksi transaksi berjalan tahun ini menjadi defisit US$25,6 miliar, lebih buruk dari proyeksi defisit awal senilai US$24,4 miliar. Meskipun demikian, rasio terhadap PDB masih sama, yakni 2,9%.
Ekonom Universitas Indonesia Mohamad Ikhsan berpendapat pelebaran defisit transaksi berjalan pada dasarnya bukan soal, sepanjang mampu ‘dibiayai’ oleh transaksi modal dan finansial.
“Di negara lain, defisitnya sampai 5%, 6%, tapi tidak masalah karena arus portofolionya bisa menutup defisit transaksi berjalan,” ujarnya, Senin (21/7/2014).
Sementara di Indonesia, defisit transaksi berjalan tidak mampu ditutup oleh transaksi modal dan finansial sejak tahun lalu, tecermin dari performa neraca pembayaran (NPI) yang defisit US$7,3 miliar. Defisit NPI 2013 pertama kali terjadi sejak 2009.
Bank Dunia mengingatkan tekanan eksternal dapat timbul kembali karena tidak adanya peningkatan nyata dalam kinerja ekspor atau lemahnya aliran masuk modal luar negeri bila selera risiko dunia berbalik arah.
Tekanan terhadap NPI lagi-lagi dapat membuat pengetatan moneter berlanjut.
“Jika penyusutan kredit mengakibatkan pelemahan lebih lanjut harga properti, akhirnya mengurangi kegiatan konstruksi riil,” kata ekonom utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop.