Bisnis.com, JAKARTA – Ekspor lada pada tahun ini terancam tak mencapai target, dipicu turunnya produksi dalam negeri akibat tingkat curah hujan tinggi.
Kepala Litbang Asosiasi Eksportir Lada Indonesia (AELI) Djojo Herwanta mengatakan produksi di seluruh daerah penghasil lada di Tanah Air
sepanjang tahun ini bakal terganggu. Lampung-produsen berjenis rempah nomor satu di Indonesia itu, diprediksi memproduksi 15.000 ton dari
jumlah normal produksi 30.000 ton.
Tahun lalu, produksi lada di Tanah Air bisa mencapai 41.500 ton. Akibat gangguan iklim, diperkirakan produksi turun 36,1% menjadi 36.500 ton.“Produksi turun, jadi lada yang akan diekspor pun berkurang,” ujar Djojo, kepada Bisnis.com, Rabu (16/07/2014).
Padahal, saat ini, kondisi harga komoditas itu di pasar luar negeri sedang tinggi. Menurut Djojo, harga lada di pasar internasional mencapai Rp100.000-Rp150.000 per kg. Kenaikan harga lada sudah terjadi sejak awal tahun ini. “Belum pernah harga lada tinggi seperti saat ini,” terangnya.
Berdasarkan data dari International Pepper Community (IPC), ekspor lada nasional mencapai 41.500 ton, pada 2013. Jumlah ekspor turun hingga 33,71% dibandingkan dengan tahun lalu mencapai 62.608 ton.
“Posisi ekspor lada RI bisa disalip oleh Srilangka yang mencapai 80.000 ton pada tahun lalu. Harusnya Indonesia bisa menggenjot produksi karena harga pasaran lada sedang tinggi,” tutur Djojo.