Bisnis.com, JAKARTA --Produk mainan produksi dalam negeri diprediksi akan semakin menguat pascapenerapan wajib standar nasional Indonesia (SNI) oleh Kementerian Perindustrian pada awal Mei tahun ini.
Hingga saat ini Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI) mencatat seluruh anggota atau sebanyak 45 perusahaan yang sudah dan dalam proses pengajuan SNI.
Wakil Sekretaris Jenderal APMI Riza Ambadar menilai dengan penerapan SNI tersebut kualitas mainan dalam negeri akan semakin meningkat, dan hal tersebut dapat meyakinkan konsumen.
Selain itu, pemberlakuan wajib SNI juga akan membendung produk impor yang beredar dan mengambil pangsapasar produk dalam negeri.
"Penerapan wajib SNI itu cukup efektif menahan jumlah mainan impor, tapi hanya yang dari jalur resmi, sedangkan jalur ilegal masih belum dapat diketahui," katanya kepada Bisnis, Selasa (15/7/2014).
Adapun, kendala yang selama ini masih dialami produsen mainan a.l. masih dalam hal teknis, karena ada beberapa produsen yang memang belum familier.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan menilai prospek bisnis mainan masih sangat besar, dengan pemberlakuan SNI tersebut membuka peluang lebih besar untuk produsen dalam negeri. Pasalnya mayoritas produk yang tidak sesuai standar merupakan produk impor asal China.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menilai industri mainan anak merupakan industri yang nilainya besar, bahkan pada tahun lalu berhasil menyumbang surplus sekitar Rp2 triliun.
Pada 2013 nilai total produksi mainan dalam negeri mencapai Rp8,2 triliun, yang terdiri atas sebesar Rp5 triliun diperdagangkan dalam negeri, dan sekitar Rp3,2 triliun diekspor ke luar negeri. Pada saat yang sama, impor produk mainan mencapai Rp1,2 triliun.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, tercatat pertumbuhan impor yang cukup besar mencapai 18%, hal tersebut menunjukkan minat terhadap mainan masih besar di Indonesia, sedangkan pertumbuhan ekspor tercatat sebesar 19%.
"Tujuan ekspor tahun lalu mayoritas ke Amerika Serikat sebesar 40% juga Singapura dan Inggris masing-masing 8%, sedangkan impor mayoritas berasal dari China mencapai 80%," imbuhnya.