Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Benih Hortikultura Naik 10%

Cuaca ekstrem dan serangan virus selama kuartal I/2014 tidak menekan produksi perbenihan hortikultura.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, BANDUNG—Cuaca ekstrem dan serangan virus selama kuartal I/2014 tidak menekan produksi perbenihan hortikultura.

Asosiasi Perbenihan Hortikultura Indonesia (Hortindo) mencatat produksi perbenihan hortikultura naik sekitar 8%-10%.

Ketua Hortindo Afrizal Gindow mengatakan sepanjang kuartal I/2014 pihaknya berhasil memproduksi 4.000 ton benih yang terdiri dari 160-170 varietas hortikultura.

Produksi ini mengalami kenaikan sekitar 8%-10% dibandingkan pada kuartal yang sama tahun lalu.

Meski demikian, market share tidak mengalami peningkatan akibat meningkatnya kebutuhan perbenihan yang mencapai 14.000-15.000 ton.

“Dari total kebutuhan nasional tahun ini, Hortindo masih akan tetap berkontribusi sebanyak 60% atau sekitar 8.000 ton,” kata Afrizal , Senin (14/7/2014).

Afrizal menuturkan selama ini nilai penjualan benih tertinggi berasal dari kelompok kubis. Tahun lalu penjualan benih kubis senilai Rp60 miliar disusul benih tomat, cabai, dan buah-buahan masing-masing Rp30 miliar.

Hortindo pun berkeinginan pemerintahan baru nanti harus mendukung penuh upaya petani dalam membudidayakan benih unggul. Dengan demikian, Indonesia akan terbebas dari impor bahan pangan.

Dia mengatakan untuk mendukung hal tersebut, pihaknya mendorong agar petani mampu menjaga kualitas dan kuantitas produksi benih dengan cara memberikan pengetahuan hukum terhadap perlindungan hak cipta petani.

“Agar peluang ini memberikan dampak yang signifikan, selain pihak swasta, pemerintah pun harus melakukan bimbingan terhadap para petani dengan menggunakan mekanisme pengawasan yang berimbang,” ujar Afrizal.

Menurutnya, terdapat tiga poin yang harus diperhatikan pemerintah baru yang akan dilantik pada Oktober nanti dalam melakukan bimbingan dan pengawasan. Pertama, petani harus dipastikan mendapat pengetahuan tentang budidaya tanaman induk.

Kedua, Afrizal menilai petani pun perlu mempelajari rantai pasok dari benih yang mereka produksi. Terakhir dalam melakukan pendampingan pemerintah dan kalangan swasta harus memastikan agar para petani tetap berada di jalur yang tepat.

Secara terpisah, Badan Pusat Statistik Jawa Barat menyatakan kegiatan usaha budi daya hortikultura khususnya komoditas bawang merah dan jeruk mengalami penurunan sejak sepuluh tahun terakhir.

Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Jabar Ruslan mengatakan pada 2013 jumlah rumah tangga komoditas bawang merah mengalami penurunan sebanyak 11.222 rumah tangga atau turun 36,62% dibandingkan 2003.

"Penurunan terjadi di Kabupaten Majalengka sebanyak 4.566 rumah tangga," katanya.

Untuk tanaman jeruk, selama kurun waktu 2003-2013 jumlah rumah tangga mengalami penurunan sebanyak 32.137 rumah tangga atau turun 37,73%.

Dia menjelaskan penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 6.339 rumah tangga atau turun 60,46%.

Sebaliknya, ujarnya, jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman cabai mengalami peningkatan sebanyak 63.206 rumah tangga atau sebesar 70% dibandingkan tahun 2003.

"Peningkatan terbesar di Kabupaten Garut yang mencapai 10.578 rumah tangga," katanya.

Selain itu, ujarnya, kelompok tanaman buah-buahan saat ini mencapai 921.742 rumah tangga.

"Kondisi ini cukup signifikan karena kontribusi produksi buah-buahan di Jabar bagi nasional cukup besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper