Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LNG TANGGUH: Harga Akan Dinegosiasi Kembali pada 2018

Harga jual gas alam cair (LNG) Tangguh, Papua Barat, ke Fujian, RRT, yang sudah berhasil didongkrak dari US$3,3 per MMBTU ke US$8 per MMBTU melalui renegosiasi yang panjang, akan direnegosiasi kembali pada 2018.
Pengapalan LNG. RI dan China akan negosiasi ulang LNG Tangguh pada 2018/Reuters
Pengapalan LNG. RI dan China akan negosiasi ulang LNG Tangguh pada 2018/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA--Harga jual gas alam cair (LNG) Tangguh, Papua Barat, ke Fujian, RRT, yang sudah berhasil didongkrak dari US$3,3 per MMBTU ke US$8  per MMBTU melalui renegosiasi yang panjang, akan direnegosiasi kembali pada 2018.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan, sesuai kontrak harga LNG Tangguh ke Fujian bisa dilakukan renegosiasi setiap empat tahun sekali.

"Kami harapkan harganya bisa lebih tinggi lagi dari sekarang,"  ujarnya seperti dilansir laman Setkab, Selasa (1/6/2014).

Adapun harga baru sebesar US$8 per MMBT, menurut Menteri ESDM, sesuai amandemen kontrak yang ditandatangani di Beijing, RRT, pada 20 Juni 2014, akan berlaku mulai pengapalan 1 Juli 2014.

Amandemen kontrak yang berhasil ‘memaksa’ pemerintah China  menyetujui harga jual baru ini sudah dilakukan dalam waktu yang panjang, dimulai dari pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono  dengan Presiden China  Hu Jiantao pada 2008 lalu.

Jero menjelaskan  kesepakatan yang dicapai adalah harga tidak dipatok lagi pada JCC tertentu atau dilepas sesuai harga pasar.

Adapun rumusan yang dipakai adalah 0,065 JCC+1,5 untuk 2014. Sementara pada 2015, berubah menjadi 0,09 JCC+1,3, 2016 menjadi 0,105JCC+1,5 JCC, dan 2017 menjadi 0,11JCC+2,3.

“Dengan asumsi harga JCC US$100 per barel, maka harga gas ke Fujian menjadi delapan dolar/MMBTU pada 2014, lalu 10,3 dolar pada 2015, 12 dolar pada 2016, dan 13,3 dolar pada 2017,” tandasnya.

Ia menyebutkan, harga yang berlaku mulai 2018 hingga akhir kontrak pada 2034 akan memakai formula 2017. Namun harga ini bisa berubah setelah 2018, tergantung hasil renegosiasi nanti.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ismail Fahmi
Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper