Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengungkapkan pihaknya menggunakan cerita Putri Campa, istri Prabu Brawijaya V, yang merupakan anak angkat dari keturunan Tionghoa sebagai strategi untuk meluluhkan China Offshore Oil Company (CNOOC) dalam proses renegosiasi kontrak gas Tangguh.
Menurutnya, sebelum bertolak ke Beijing, China, Wacik mencapat kabar bila bos besar CNOOC Wang Yilin berkepribadian kaku dan tegas, sehingga ada ketakutan renegosiasi pasti gagal.
“Namun, ketika bertemu dengannya [Yilin], saya kemudian menceritakan bagaimana kejayaan kerajaan seperti Sriwijaya dan Majapahit yang sangat bersahabat dengan China. Saya lalu ceritakan bagaimana utusan China Putri Campa dan Laksamana Cheng Ho masuk ke Indonesia pada abad 14. Lalu saya bilang, karena Indonesia dan China telah bersahabat sejak lama, lalu seharusnya CNOOC mau merenegosiasi kontrak tersebut,” ujarnya dalam konferensi pers di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Selasa, (1/7/2014).
Setelah cerita-cerita masa lalu tersebut, Wang Yilin akhirnya luluh dan mau merenegosiasi kontrak jual beli gas Tangguh, yakni perubahan formula penghitungan dan adanya penyesuaian harga dengan kenaikan Japan Crude Cocktail (JCC).
Wacik mengungkapkan pihaknya optimistis renegosiasi kontrak dengan CNOOC akan berjalan sukses, mengingat sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah bertemu dengan Presiden China Xi Ping yang menyatakan kemauannya untuk merenegosiasi kontrak jual beli gas Tangguh.
Setelah melalui proses negosiasi yang alot, akhirnyatim perunding Pemerintah Indonesia berhasil menaikkan harga jual gas Tangguh menjadi US$8 per juta metrik British thermal unit dari sebelumnya US$2,7 per MMBtu setelah pada 2006 dinegosiasi untuk naik menjadi US$3,3 per MMBtu.