Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UU MATA UANG: Penggunaan Uang Asing Picu Biaya Tinggi

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Anshari Bukhari menyatakan saat ini tidak sedikit industri yang masih menggunakan dolar dalam transaksi bisnis di dalam negeri.
Salah satu yang bisa menekan transaksi dengan mata uang asing adalah penyediaan kebutuhan bahan baku di dalam negeri. /bisnis.com
Salah satu yang bisa menekan transaksi dengan mata uang asing adalah penyediaan kebutuhan bahan baku di dalam negeri. /bisnis.com

 

Bisnis.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Anshari Bukhari menyatakan saat ini tidak sedikit industri yang masih menggunakan dolar dalam transaksi bisnis di dalam negeri.

 

Padahal, hal ini secara langsung berakibat pada lebih tingginya budget untuk bisa mendapatkan bahan baku dan barang modal. Adapun Kementerian Perindustrian, hanya bisa mendorong dan mengimbau agar industri bisa menggunakan rupiah dalam bertransaksi.

 

“Yang aneh, ada industri tekstil, bersebelahan di Bandung, tetapi bisnis antar mereka menggunakan dolar. Ini kan menyebabkan biaya lebih tinggi,” jelas dia di Jakarta, Jumat (27/6/2014).

 

Meski hanya bisa mendorong dan mengimbau, pihaknya sangat mendukung penggunaan rupiah dalam transaksi di dalam negeri. Multiplier effect dari hal ini adalah bisa membantu mengurangi defisit yang makin besar.

 

Menurutnya, apabila ada industri yang masih tidak menggunakan rupiah dalam transaksi, hal itu bukan menjadi kewenangan utama Kemenperin karena aturan itu tidak dikeluarkan oleh Kemenperin. “Kami hanya mendorong bagaimana mereka lebih percaya satu sama lain. Istilahnya hubungan bisnis.”

 

Anshari mengatakan sebagian besar industri yang masih menggunakan dolar dalam bertransaksi adalah industri elektronik, industri baja, industri tekstil, industri makanan dan minuman, industri permesinan dan industri-industri lain yang impornya tinggi.

 

Di menilai hal ini memang tidak bisa diselesaikan dalam jangka waktu cepat. Salah satu yang bisa menekan transaksi dengan mata uang asing adalah penyediaan kebutuhan bahan baku di dalam negeri.

 

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sudah mencapai Rp12.000 itu bukan hanya sesaat. Pasalnya, dalam 6 bulan terakhir, dia memprediksi rata-rata nilai tukar sudah sekitar Rp11.000-Rp12.000.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper