Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Erani Yustika berpendapat presiden terpilih harus berani menyelesaikan setidaknya dua hal, yakni ketimpangan wilayah barat dan timur Indonesia serta ketergantungan impor pangan dan energi.
Erani mengatakan selama ini nyaris tidak ada solusi konkret atas problem abadi pembangunan yang menumpuk di Pulau Jawa. Bersama Sumatra, Jawa selama ini menyumbang hingga 80% produk domestik bruto (PDB). Kondisi itu terjadi karena 55% anggaran infrastruktur terkonsentrasi di Jawa.
Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya itu berpendapat presiden mendatang harus bernyali menggeser politik pembangunan infrastruktur ke timur Indonesia.
“Saya usulkan adanya captive budget, anggaran khusus untuk pembangunan infrastruktur di timur. Saya pernah sampaikan ke DPR dan mereka setuju. Soal besarannya, itu bisa didiskusikan,” katanya dalam seminar Kajian Tengah Tahun INDEF 2014, Kamis (26/6/2014).
Di sisi lain, ketahanan pangan dan energi rapuh sehingga harus bergantung pada impor. Bahkan, impor pun dikuasai oleh segelintir pelaku ekonomi.
Erani melihat logistik yang tidak efisien membuat penghiliran di Indonesia tidak optimal. Pengusaha lebih senang mengekspor bahan pangan dan energi dalam bentuk mentah, lalu mengimpornya dalam bentuk olahan.
Jika melihat performa perdagangan dalam 20 tahun terakhir, tidak ada perubahan dalam struktur ekspor Indonesia. Produk ekspor masih didominasi komoditas primer.
Erani berpendapat penyelesaian dua masalah itu sebenarnya hanya membutuhkan sedikit intervensi, tetapi efektif. "Kita hanya butuh nyali untuk mengeksekusinya,” ujarnya.