Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan pengamat perubahan iklim memprediksikan Indonesia berpeluang memimpin penerapan ekonomi hijau di kawasan ASEAN dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.
Kepala Unit Green Economy dari United Nations office for REDD+ Coordination Indonesia (UNORCID) Johan Kieft mengatakan jika birokrasi dan korporasi tidak menjalankan ekonomi hijau bisa berdampak negatif membahayakan keberadaan keanegaragaman hayati.
"Penerapan ekonomi hijau sepatutnya menjadi prioritas mengingat sejumlah keanekaragaman hayati yang langka di hutan mulai hilang. Belum lagi, terjadi siklus air laut yang berubah-ubah dan perubahan iklim sulit diprediksi," kata Johan, di Cianjur Jawa Barat, Kamis (19/06/2014).
"Pertumbuhan industri pabrik telah menghasilkan limbah industri yang mengotori air sungai dan laut." Dia mengatakan pula degradasi pohon telah menghasilkan sebanyak 30-40 ton emisi gas rumah kaca akibat praktik membakar semak belukar atas pembukaan lahan kelapa sawit.
Praktik di atas, menurut Johan dapat diminimalisir bila Indonesia memprioritaskan ekonomi hijau dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca tinggi. "Indonesia harusnya berkepentingan menerapkan ekonomi hijau karena masih banyak orang tergantung oksigen alam."