Bisnis.com, JAKARTA—Lembaga Penyiaran Berbayar (LPB) bersiap menyesuaikan tarif berlangganan televisi berbayar menyusul terkereknya nilai kontrak dengan content provider akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Ketua Asosiasi Penyelenggara Multimedia Indonesia Arya Mahendra Sinulingga mengatakan dolar terus melambung. Padahal, pembayaran isi tayangan kepada content provider dengan menggunakan mata uang dolar menyusul content provider rata-rata berbasis di AS.
Saat rupiah melemah bersamaan dengan habisnya kontrak dengan content provider, terpaksa LPB akan membebankan kenaikan tersebut kepada konsumen.
“Itu konsekuensi yang biasa diambil LPB untuk setiap pelemahan nilai tukar,” kata Arya yang juga menjabat sebagai Corporate Secretary PT Media Nusantara Citra Tbk, Minggu (15/6/2014).
Guntur S Siboro, Direktur Utama Aora TV, mengatakan selain opsi menaikkan tarif berlangganan, ada juga LPB yang mengalihkan satu isi tayangan ke isi tayangan lain yang harganya dinilai lebih rasional. “Jika dirasa nilai kontrak dengan content provider sudah tidak rasioal, terpaksa kita ganti dengan yang lain.”
Sebenarnya, papar Guntur, kenaikan tarif periodik yang dikenakan content provider kepada LPB cenderung tidak mempengaruhi tarif berlangganan LPB menyusul tarif kontrak dikenakan sesuai jumlah pelanggan.
Skemannya, berapa jumlah pelanggan itu yang dibayarkan kepada content provider. Ada juga yang berapa pun pelanggan, kontraknya tetap. “Itu sangat bervariasi. Yang menjadi masalah, ketika kontrak habis saat rupiah melemah. Itu yang susah.”
Di tengah melemahnya rupiah, papar Guntur, bisnis LPB semakin terimpit, menyusul masih adanya biaya sulih suara (dubbing) serta alih bahasa. “Namun kita akan negosiasi terus dengan content provider sampai kita mendpatkan tarif yang lebh rasional.”