Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GUDANG NEWMONT OVERCAPACITY, Produksi Konsentrat Berhenti

Gudang penyimpanan konsentrat milik PT Newmont Nusa Tenggara melebihi kapasitas sebesar 90.000 ton konsentrat, kini konsentrat tembaga berkadar 24%-27% mencapai 93.800 ton.
Kawasan pertambangan PT Newmont Nusa Tenggara /bisnis.com
Kawasan pertambangan PT Newmont Nusa Tenggara /bisnis.com

Bisnis.com, BENETE - Gudang penyimpanan konsentrat milik PT Newmont Nusa Tenggara melebihi kapasitas sebesar 90.000 ton konsentrat, kini konsentrat tembaga berkadar 24%-27% mencapai 93.800 ton.

Bisnis.com mencatat, sejak pelarangan ekspor mineral pada 12 Januari 2014, Newmont telah melakukan pengiriman konsentrat 5-6 kali ke PT Smelting di Gresik Jawa Timur dengan total tiap pengiriman sekitar 8.000 ton konsentrat.

Namun, sejak 1 Juni 2014 tidak ada pengiriman ke pabrik pemurnian copper cathode yang menyerap 20% produksi Newmont, sedangkan 80% sisanya yang seharusnya diekspor ke Jepang, China dan Jerman tidak bisa dilakukan menyusul perusahaan asal Amerika Serikat tersebut belum mengantongi Surat Persetujuan Ekspor (SPE) dari Kementerian Perdagangan.

Akibatnya, produksi konsentrat berhenti total dan 80% karyawan dirumahkan sementara mulai 5 Juni 2014 hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Manager Processing and Power Plant Ilyas Yamin mengungkapkan karyawan bagian pabrik pengolahan konsentrat kini hanya tersisa 30 orang saja dari sebelumnya sekitar 700 orang.

"Karyawan bagian Mill Processing yang masuk hanya bertugas memanaskan mesin agar ketika sewaktu-waktu berproduksi kembali, maka jeda waktu tidak terlalu panjang agar alat-alat bisa mengolah bijih menjadi konsentrat," ujarnya, Kamis (12/6/2014).

Pasalnya, , bila mesin 100% dinonaktifkan maka ada jeda sekitar 2 minggu agar mesin bisa kembali memproses bijih menjadi konsentrat.

Menurutnya, bila kondisi normal, mesin itu mampu menghancurkan bijih antara 90.000-100.000 ton per hari dan menghasilkan konsentrat berukuran 250 mikron sejumlah 1.000-1.500 ton per hari.

Mesin tersebut setidaknya membutuhkan asupan listrik hingga 95 megawatt saat beban puncak. Namun, akibat terhentinya produksi, maka untuk memanaskan mesin hanya membutuhkan daya 2,5 megawatt.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lukas Hendra TM
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper