Bisnis.com JAKARTA--Mantan Ketua Dewan Gubernur Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) Maizar Rahman mengungkapkan dari 7 langkah pengendalian subsidi bahan bakar minyak (BBM) hanya ada 2 langkah yang dinilai efektif untuk menekan laju konsumsi BBM bersubsidi.
Pasalnya, Lembaga Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gas Bumi (Lemigas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebenarnya telah mengkategorisasi tingkat keefektifan langkah-langkah pengendalian BBM bersubsidi.
"Menurut saya, langkah yang jalan hanya penggunaan alat kendali atau biasa disebut RFID dan menaikkan harga," ujarnya, Senin (9/6/2014).
Selain kedua langkah tersebut, masih ada 5 langkah lainnya, tetapi Maizar menilai tidak efektif. Kelima langkah itu adalah non subsidi untuk kendaraan dinas, BBM di hari libur, sistem kluster, stiker dan pembatasan umur kendaraan.
Namun, jelasnya, khusus untuk RFID maka alat ini tidak hanya dipasang untuk kendaraan umum saja, melainkan juga dipasang di kendaraan pribadi.Sayang, program ini terkesan mandeg lantaran masalah pengadaan alat RFID.
Namun, PT Pertamina menyanggah bila pemasangan RFID mandeg. Bukti, perusahaan plat merah tersebut melaksanakan pemasangan RFID di Kalimantan.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan proyek RFID di Kalimantan bertujuan mengurangi kebocoran subsidi yang diperkirakan cukup besar. Penyimpangan ini disinyalir dilakukan oleh kendaraan tambang milik perusahaan pertambangan yang ada di wilayah tersebut.
"BBM bersubsidi di Kalimantan itu terindikasi banyak diselewengkan. Karena itulah kami pasang RFID," katanya.