Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Sawit Masih Ngotot Perluasan Kebun di Lahan Gambut

Kalangan Pengusaha Kelapa Sawit menilai perlu pemanfaatan lahan gambut untuk membuka perkebunan sawit dalam menambah produksi kelapa sawit nasional.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan Pengusaha Kelapa Sawit menilai perlu pemanfaatan lahan gambut untuk membuka perkebunan sawit dalam menambah produksi kelapa sawit nasional.

Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) Joko Supriono mengatakan pembukaan lahan sawit di lahan gambut sudah lama diterapkan sejak era 1980an di Pulau Sumatra khususnya di Provinsi Riau.

"Lahan gambut dimanfaatkan untuk kelapa sawit bukan hal aneh. Di Riau umur kelapa sawit mencapai 20 tahun telah ditanami di gambut," kata Joko kepada Bisnis.com, di Jakarta, Jumat (06/06/2014).

Dia menuturkan penanaman kelapa sawit di lahan gambut termasuk untuk mengatasi kekurangan pangan nasional. Menurutnya kendala menanam kelapa sawit di lahan gambut karena dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.

"Di era Soeharto mencanangkan proyek swasembada pangan di gambut. Sekarang Indonesia jadi impor pangan karena lahan gambut terlantar. Tidak ada modal [membersihkan lahan gambut] paling gampang dikeringkan. Masalahnya gambut itu mudah terbakar," terangnya.

Hal itu, menurutnya penyebab aktivis-aktivis lingkungan hidup melarang pembukaan perkebunan sawit di lahan gambut. "Pengguna lahan gambut dianggap [pebisnis] sawit sebagai isu yang dibesarkan sebagai penyebab kerusakan lingkungan," kata Joko.

Namun, Joko meyakini membuka kebun sawit lahan gambut tidak menyebabkan emisi gas rumah kaca. Di Malaysia, tambahnya, pelaku bisnis kelapa sawit menanam kelapa sawit di atas kedalaman 8 meter.

Hasilnya, tidak terbukti menyebabkan meningkatnya emisi gas rumah kaca. "Melalui regulasi Kepres dan Permentan, lahan gambut hanya boleh ditanami 3 meter saja jangan lebih," tambahnya.

Berdasarkan catatan Bisnis, target produksi CPO (crude palm oil) Indonesia 2014 (Rabu, 7 Mei 2014) mencapai 29,5 juta ton di atas lahan 9,2 juta hektare. Nilai produksi itu meningkat dibandingkan pada 2013 yang mencatatkan nilai produksi sebanyak 27,7 juta ton dan pada 2012 mencatatkan nilai produksi 24 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper