Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Harga Gabah Tidak Signifikan Dorong Inflasi

Kenaikan harga gabah dinilai tidak perlu diwaspadai secara berlebihan oleh pemerintah karena tidak terlalu berdampak signifikan terhadap kenaikan inflasi periode Juni 2014 apabila Bulog dapat bekerja sesuai fungsinya.
Petani sedang panen gabah/Antara
Petani sedang panen gabah/Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Kenaikan harga gabah dinilai tidak perlu diwaspadai secara berlebihan oleh pemerintah karena tidak terlalu berdampak signifikan terhadap kenaikan inflasi periode Juni 2014 apabila Bulog dapat bekerja sesuai fungsinya.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan kenaikan harga gabah pada Mei tidak serta merta menaikkan harga beras pada bulan berikutnya, meskipun beras memiliki andil cukup besar terhadap laju inflasi.

“Saya tidak worry, asalkan Bulog tidak ikut mencari profit, dan bekerja sesuai dengan fungsinya secara efektif dan efisien. Kami harap Bulog menyerap beras dari petani sendiri karena pasokan dari domestik saat ini lebih besar dari permintaan,” ujarnya, Kamis (5/6/2014).

Rata-rata harga Gabah Kering Giling (GKG) Mei 2014 di petani Rp4.572 per kg atau naik 8,62% dari periode yang sama tahun lalu. Sementara, Gabah Kering Giling (GKG) naik 2,78 % menjadi Rp4.649 per kg dan gabah kualitas rendah naik 2,96% menjadi Rp3.565 per kg.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin sebelumnya mengatakan kenaikan harga gabah tersebut merupakan informasi yang penting bagi pemerintah guna mengendalikan harga beras di pasar, sekaligus menjaga inflasi di level rendah.

“Ini warning bagi pemerintah, karena harga gabah yang naik akan berdampak ke harga beras juga. Apalagi, saat ini panen raya sudah mulai berkurang, sementara harga gabah mulai menunjukkan peningkatan,” katanya.

Untuk diketahui, komoditas beras memiliki andil cukup besar terhadap laju inflasi. Akan tetapi, dalam 2 bulan terakhir, beras menjadi penyumbang deflasi. Contohnya, periode Mei 2014, beras memberikan andil deflasi 0,03%. Lalu, April 2014 menyumbang deflasi 0,08%.

Enny menilai kenaikan harga gabah di tingkat petani akan menjadi insentif bagi petani untuk bekerja lebih semangat. Apalagi, selama ini biaya produksi cukup tinggi, dan menyebabkan nilai tukar petani (NTP) sulit terkerek.

Sepanjang lima bulan pertama ini, tingkat kesejahteraan petani belum mengalami peningkatan atau stagnan. Hal itu terlihat dari NTP Mei 2014 yang hanya mencapai 101,88 atau naik 0,08% dari NTP bulan sebelumnya.

“Pemerintah seharusnya adil terhadap petani. Jangan berkedok karena ingin menekan inflasi seminimal mungkin, tetapi dengan cara mengorbankan kesejahteraan petani. Kami harap BPS jangan menakut-nakuti, kenaikan gabah ini sinyal positif bagi petani,” tuturnya.

Sekadar informasi, dalam Rancangan APBN-Perubahan 2014, pemerintah mematok asumsi inflasi 5,3% atau lebih rendah dari asumsi APBN 2014 sebesar 5,5%. Adapun, Bank Indonesia tetap mematok target inflasi di level 5,5%.

Sementara itu, Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat Chazali Situmorang mengatakan pemerintah belum memberikan jaminan kesejahteraaan bagi masyarakat yang berprofesi sebagai petani.

“Bukan berarti, pemerintah saat ini justru berdiam diri saja. Tapi mungkin upaya proteksi kesejahteraan petani harus lebih ditekankan mengingat hasil NTP dari BPS cenderung terus menurun tiap tahunnya,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper