Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah disarankan untuk lebih jeli dalam memanfaatkan geliat industri otomotif guna memperbaiki struktur perdagangan. Apalagi, sektor tersebut termasuk yang mengalami pertumbuhan tercepat dari lini nonmigas.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Destry Damayanti menjelaskan otomotif membukukan prestasi yang paling stabil dan cemerlang dari sektor industri nonmigas pada kuartal I/2014.
“Ekspor otomotif naiknya kencang sekali dibandingkan tahun lalu, karena didorong oleh beberapa perusahaan otomotif raksasa yang melakukan ekspansi bisnis di Indonesia. Seharusnya pemerintah jeli dengan [peluang] ini,” katanya kepada Bisnis, Kamis (5/6/2014).
Meskipun Indonesia masih menumpukan ekspor otomotif dari golongan special purpose vehicle (SPV), lanjutnya, hal tersebut sudah cukup memberi sinyal positif bagi kinerja ekspor manufaktur.
“Karena memang SPV itu yang permintaannya paling tinggi di Asia. Namun, itu tidak masalah, karena berarti kita sudah punya expertise dan kemampuan untuk membuat SPV itu,” lanjutnya.
Kendati demikian, menurut Destry, masalah yang masih harus diatasi adalah ketergantungan impor bahan baku untuk industri otomotif. Hal tersebut, katanya, merefleksikan problema klasik industri di Indonesia adalah baik di hulu (upstream), tapi buruk di hilir (downstream).
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total ekspor otomotif RI pada 2013 bernilai US$4,43 miliar, dengan pertumbuhan positif pada level 28,35% per tahun antara 2009-2013. Tahun ini, ekspor otomotif ditargetkan tumbuh 3,5%-4,5% atau setara US$4,5 miliar-US$4,6 miliar.
Bagaimanapun, otoritas perdagangan yakin target tersebut akan dengan mudah terlampaui bahkan dapat menembus level 10% berkat kenaikan ekspor otomotif ke Thailand (6,2%), Arab Saudi (4,02%), Malaysia (4,02%), Filipina (9,23%), dan Jepang (0,74%).