Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilpres Lancar, Berpotensi Kuatkan Rupiah

Nilai tukar rupiah berpotensi menembus level Rp12.000 per US$ apabila neraca perdagangan kembali mencatatkan defisit, dan hasil pemilihan umum presiden (pilpres) yang tidak sesuai ekspektasi investor.
Rupiah. Nilai tukar akan terangkat bila Pilpres lancar/Bisnis
Rupiah. Nilai tukar akan terangkat bila Pilpres lancar/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Nilai tukar rupiah berpotensi menembus level Rp12.000 per US$ apabila neraca perdagangan kembali mencatatkan defisit, dan hasil pemilihan umum presiden (pilpres) yang tidak sesuai ekspektasi investor.
 
Berdasarkan data Bloomberg Dollar Index, Rabu (4/6/2014), rupiah melemah 0,68% ke level Rp11.890 per US$, atau di atas proyeksi nilai tukar rupiah Bank Indonesia tahun ini di level Rp11.600 per US$-Rp11.800 per US$.
 
Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk. A Prasetyantoko mengatakan pemerintah masih menghadapi persoalan defisit neraca perdagangan pada 2-3 bulan mendatang, sehingga memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan rupiah.
 
“Meskipun begitu, rupiah berpeluang menguat apabila ada sentimen positif dari hasil pilpres. Artinya, pelaksanaan pilpres berlangsung baik, dan calon presiden yang menang tersebut, memperoleh suara yang agak signifikan,” katanya ketika dihubungi, Rabu (4/6/2014).
 
Jika hasil pilpres justru memberikan sentimen negatif, sambungnya, maka rupiah berpotensi menembus level Rp12.000 per US$. Meskipun begitu, dia memproyeksikan rupiah hingga akhir tahun akan di level Rp11.800 per US$, sama dengan proyeksi BI.
 
“Saya enggak harap rupiah ke Rp12.000, kalau bisa di bawah itu. Sebenarnya, kalau kondisi tidak berubah seperti saat ini, rupiah bisa di bawah Rp12.000. Hanya saja, kinerja neraca perdagangan masih belum meyakinkan,” tuturnya.
 
Dihubungi terpisah, Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Susiwijono Moegiarso memperkirakan defisit neraca perdagangan yang cukup besar masih akan terjadi beberapa bulan ke depan akibat melonjaknya impor.
 
Menurutnya, secara siklus tahunan, kinerja impor pada April-Juli cenderung melonjak dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Adapun, ekspor April tercatat US$14,29 miliar, sementara impor sebesar US$16,26 miliar. Alhasil, defisit neraca perdagangan mencapai US$1,96 miliar.
 
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank International Indonesia Tbk. Juniman mengatakan rupiah mampu menguat apabila hasil pilpres sesuai dengan harapan investor. Dia memperkirakan rupiah hingga akhir tahun berada di level Rp11.900 per US$.
 
Meskipun demikian, dia menilai melemahnya rupiah diakibatkan pemerintah lambat melakukan diversifikasi produk dan tujuan ekspor, sehingga menyebabkan defisit neraca perdagangan kembali terjadi.
 
“Memang ada rasa optimisme dari pilpres dalam mengerek rupiah menguat kembali. Akan tetapi, pemerintah tetap harus memperbaiki fundamental perekonomian kita, terutama dari sisi ekspor,” tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper