Bisnis.com, JAKARTA -- Asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN Perubahan 2014 dipangkas menjadi 5,5% dari 6% setelah melihat performa ekonomi kuartal I/2014 yang hanya tumbuh 5,21% atau di bawah ekspektasi pemerintah.
Menteri Keuangan M. Chatib Basri berharap ekspor yang terkontraksi 0,78% sepanjang 3 bulan pertama akan membaik, didorong oleh pemulihan di negara maju, sehingga dapat membuat pertumbuhan ekonomi melesat pada kuartal selanjutnya.
“Jadi, kalau ekspornya naik, kita bisa dapat 5,5%,” ujarnya seusai sidang kabinet membahas RAPBN-P 2014, Selasa (13/5/2014).
Asumsi lifting minyak pun direvisi turun menjadi 818.000 dari semula 870.000 bph mengingat realisasi sampai 31 Maret yang rata-rata hanya 800.000 bph.
Adapun Blok Cepu yang diharapkan dapat menambah produksi 135.000 bph, baru beroperasi November sehingga tidak berdampak signifikan terhadap target lifting tahun ini.
Namun, Chatib enggan menyebut perubahan asumsi nilai tukar rupiah dengan alasan tidak mau mengganggu pasar.
“Nanti saja di sana (DPR) ya. Saya tidak mau guide pasar dengan itu,” ujarnya.
Chatib pun mengaku tak hapal berapa revisi lifting gas dari asumsi saat ini 1,24 juta bph setara minyak.
Sementara itu, asumsi inflasi, harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan tidak diubah.
Soal asumsi inflasi yang tidak diubah meskipun ada risiko dampak El Nino pada bulan-bulan mendatang, Chatib mengemukakan risiko itu memang ada, tetapi terkompensasi oleh realisasi inflasi yang relatif rendah pada awal tahun, yakni hanya 1,39% (year to date) pada April.
Inflasi 5,5% itu pun, lanjutnya, sudah memperhitungkan imbas kenaikan tarif listrik pada pelanggan industri mulai Mei.
Chatib membenarkan perubahan sebagian asumsi makro itu akan berdampak pada postur APBN. Namun, dia enggan merinci dengan alasan masih dihitung.
Pemerintah berencana mengajukan RAPBNP 2014 ke Badan Anggaran DPR pada 20 Mei 2014