Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah menilai anjloknya pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2014 sebesar 5,21% lebih disebabkan pelarangan ekspor mineral mentah, bukan diakibatkan kebijakan yang ketat.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan kebijakan ketat dilakukan demi menekan defisit transaksi berjalan yang melonjak sejak tahun lalu. Namun, kebijakan tersebut justru berdampak positif terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga, pemerintah maupun investasi.
“Jadi isunya bukan kebijakan yang terlalu ketat. Isunya adalah pelarangan ekspor, dan itu tidak bisa diselesaikan dengan membuat kebijakan longgar,” ujarnya dalam pesan singkat yang diterima Bisnis, Rabu (07/05).
Dia menuturkan sumber penurunan pertumbuhan ekonomi lebih disebabkan penurunan ekspor ketimbang investasi. Dia mengaku ekspor minerba tercatat turun lebih dari 75%. Meskipun demikian, pemerintah akan menjaga pertumbuhan ekonomi tetap di atas 5,5%.
“Kami akan tetap menjaga pertumbuhan di atas 5,5% karena kita juga tidak ingin pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari itu. Selain itu juga, kami berharap defisit transaksi berjalan berada di level 2,5%-3%,” tuturnya.
Ditanya apakah kebijakan moneter perlu dilonggarkan guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi dalam sisa tahun ini, Chatib lebih memilih menolak berkomentar. Menurutnya, Bank Indonesia yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.
Anjloknya Pertumbuhan Ekonomi karena Larangan Ekspor Minerba
Pemerintah menilai anjloknya pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2014 sebesar 5,21% lebih disebabkan pelarangan ekspor mineral mentah, bukan diakibatkan kebijakan yang ketat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Ringkang Gumiwang
Editor : Ismail Fahmi
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
11 jam yang lalu