Bisnis.com, JAKARTA -- Setelah dipastikan gagal mencapai swasembada gula pada 2014, Indonesia kini berpeluang besar menjadi importir gula terbesar kedua dunia dalam 5 tahun mendatang apabila kapasitas pabrik gula nasional tidak juga ditingkatkan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Tito Pranolo mengungkapkan revitalisasi pabrik gula (PG) merupakan syarat mutlak untuk dapat mencapai swasembada gula dan menekan ketergantungan impor.
Sebagai gambaran, saat ini terdapat 63 PG di seluruh Nusantara dengan kapasitas giling masing-masing sekitar 3.000 ton/hari. Angka itu sangat jauh dibandingkan kapasitas PG Thailand yang mencapai 13.000 ton/hari.
“Kalau asumsinya Masyarakat Ekonomi Asean [MEA] nanti diberlakukan secara penuh, jelas kita tidak akan bisa bersaing dengan Thailand. Kalau dari segi kapasitas PG saja ketinggalan, bagaimana kita akan bersaing,” kata Tito, Senin (28/4/2014).
Menurutnya, paling tidak Indonesia harus meningkatkan kapasitas PG menjadi 6.000 ton/hari. Untuk itu dibutuhkan waktu 5-7 tahun, asalkan konsisten. Upaya revitalisasi tidak bisa sepenuhnya diserahkan ke pabrik, tapi harus dari program pemerintah.
“Nanti ketika MEA dibuka, komoditas yang paling sensitif adalah beras dan gula. Kalau [revitalisasi] saja gagal, lima tahun ke depan Indonesia bisa-bisa menjadi importir gula terbesar kedua di dunia,” tegas Tito.
Berbagai data rujukan menyebutkan Indonesia adalah negara importir gula terbesar ketiga di dunia dengan andil sekitar 6%, hampir sama dengan Amerika Serikat yang menduduki posisi kedua. Sementara itu, Uni Eropa tercatat sebagai importir gula nomor satu dengan andil 7%.
“Seharusnya program swasembada gula tetap menjadi tujuan negara, karena kita punya potensi untuk itu. Dalam sejarahnya, Indonesia pernah menjadi eksportir gula terbesar kedua dunia pada era 1930-an.”
Selain revitalisasi PG, syarat mutlak untuk melakukan swasembada gula dan lepas dari ketergantungan impor adalah dengan penambahan luas areal perkembunan tebu sejumlah 350.000 hektare.
Saat ini, luas areal perkebunan tebu di Indonesia mencapai kisaran 447.000 ha, menyusut dari 470.100 ha tahun lalu. Sebagai pembanding, luas areal perkebunan tebu Thailand saat ini telah mencapai lebih dari 1 juta ha.
“Persoalannya, pencarian lahan selalu dilepaskan sepenuhnya ke swasta. Padahal, untuk investasi PG baru, butuh lahan sekitar 25.000 ha/pabrik. Sementara itu, dibutuhkan penambahan setidaknya 14 pabrik untuk mencapai swasembada. Kalau swasta dibiarkan mencari lahan sendiri, jelas tidak akan ketemu. Harus ada peran pemerintah,” jelas Tito.
Negara Eksportir Gula Terbesar Dunia 2007-2012:
--------------------------------------------------------------------
Negara: Presentase secara Volume (%):
--------------------------------------------------------------------
Brasil 44
Thailand 12
Australia 6
India 5
Uni Eropa 4
Uni Emirat Arab 3
Guatemala 3
Meksiko 2
Kolombia 1
Kuba 1
Lain-lain 19
--------------------------------------------------------------------
Sumber: Fair Trade Foundation, 2013
Negara Importir Gula Terbesar Dunia 2007-2012:
-----------------------------------------------------------------------------
Negara: Presentase (%): Volume (juta ton):
------------------------------------------------------------------------------
Uni Eropa 7 3
Amerika Serikat 6 2,8
Indonesia 6 2,8
Rusia 5 1,7
Uni Emirat Arab 4 1,7
Jepang 3 1,6
China 3 1,6
Malaysia 3 1,6
Korea Selatan 3 1,6
Nigeria 3 1,4
Lain-lain 57 -
-------------------------------------------------------------------------------
Sumber: Fair Trade Foundation dan U.S. Department of Agriculture