Bisnis.com, SEMARANG – Profesor Gerad Mouco dari Universitas de Poitiers, Prancis, menilai produk herbal atau jamu tradisonal Sidomuncul berpeluang masuk pasar Eropa, karena proses pembuatannya sudah memenuhi standar farmasi.
“Saya terkesan setelah melihat cara pembuatan obat atau jamu di Sidomuncul sudah bagus kemungkinan bisa pasarkan ke Eropa. Fasilitas dan kinerjanya sangat bagus, akan mendapat sertifikat yang bagus,” katanya disela kunjungan Tim Universitas de Poiters Perancis dan Undip Semarang, Sabtu (26/4/2014).
Gerad Mouco adalah ahli dan peneliti bidang bio-medik, herbal medicine dan rematologi, serta clinical training di bidang gastro-enterologi. Dia mengatakan tertarik untuk kerjasama penelitian bidang bio-medik dan herbal medicine dengan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dan Sidomuncul.
Menurut dia kalau cara seperti ini ditunjukkan kepada dunia luar, kemungkinan besar banyak industri di luar negeri, khususnya Eropa tertarik untuk mengimport herbal produk Sidomuncul, khususnya tolak angin.
Universitas de Poitiers Perancis mengatakan dunia barat, khususnya Eropa yang banyak bergantung pada obat kimiawi, belakangan ini sudah mulai melirik produk kesehatan alami.
Masyarakat Barat sudah mulai meninggalkan obat-obat berbahan baku kimia dan mulai beralih ke herbal. Bahkan di negara maju sekarang ini sudah mulai memproduksi herbal kendati di sana tidak banyak memiliki sumber bahan baku jamu.
Sementara itu Rektor Undip Sudharto P. Hadi mengatakan perguruan tinggi yang dipimpinnya sudah lama mengalang kerja sama dengan Sidomuncul.
“Terutama dengan fakultas kedokteran, penelitian obat herbal khususnya tolak angin,” katanya.
Sedangkan secara pribadi Sudharto mengaku sudah melakukan kerjasama di bidang peningkatan kinerja lingkungan. Hasilnya sekarang PT Sidomuncul dapat sertifikat biru dan proper untuk perusahaan yang berkinerja bagus bidang lingkungan.
Sementara Dirut PT Sidomuncul Tbk. Irwan Hidayat mengatakan Indonesia belum memanfaatkan secara maksimal potensi kekayaan biodiversity yang ada di tanah air.
“Kita memiliki 30.000 kekayaan keaneragamanhayati, namun dari jumlah sebanyak itu baru 500 yang dimanfaatkan untuk bahan baku obat dan herbal atau jamu tradisional,” katanya.
Karena itu Irwan melalui laboratorium PT Sidomuncul setiap saat meneliti bahan-bahan abaru untuk obat atau herbal.
“Sekarang saya sedang meneliti satu tanaman yang banyak tumbuh dimana-mana tapi tidak pernah diteliti sebagai bahan obat oleh peneliti padahal kasiatnya banyak,” katanya.