Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jateng Mendorong Pembangunan 5 Infrastruktur Energi

Jawa Tengah mendorong pembangunan lima infrastruktur energi guna memasok kebutuhan listrik bagi masyarakat dan industri, serta mendukung pertumbuhan ekonomi regional.
Bisnis.com, SEMARANG- Jawa Tengah mendorong pembangunan lima infrastruktur energi guna memasok kebutuhan listrik bagi masyarakat dan industri, serta mendukung pertumbuhan ekonomi regional. 
 
Dadang Sumantri, Kepala Biro Perekonomian Jateng, mengatakan pasokan energi listrik di Jateng harus terus ditingkatkan. Pasalnya, selama ini pasokan listrik masih disalurkan dari pembangkit-pembangkit listrik di Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur. 
 
Lima proyek infrastrutkur energi yang dalam proses pembangunan, yakni PLTU Adipala 660 MW, PLTU Batang 2 X 1.000 MW, PLTGU Tambak Lorok milik PT Indonesia Power, kilang residual fluid catalytic cracking (RFCC) Cilacap, dan transmisi listrik Jateng 1.764 Km. 
 
"PTLU Adipala progresnya sudah 92,32% dan rencana operasi komersial pada 31 Desember 2014. Kalau PLTU Batang terus kami dorong pembebasan lahannya," kata Dadang dalam forum ekonomi dan bisnis bertema infrastruktur daerah yang digelar Bank Indonesia, Rabu (26/3). 
 
Pada saat ini, kapasitas terpasang listrik di Jateng mencapai 4.328,19 MW. Sedangkan saat beban puncak, konsumsi listrik bisa mencapai 6.000 MW. Tanpa pasokan listrik yang memadai, Jateng diproyeksi mengalami krisis listrik pada 2017.  
 
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Semarang Agung Wahono menyambut positif upaya pemerintah untuk membangun infrastruktur energi. Pasalnya, pasokan listrik yang stabil merupakan faktor yang sangat krusial bagi industri garmen. 
 
"Namun, beberapa bulan terakhir ini selalu ada keluhan dari anggota karena terjadi pemadaman dengan alasan kekurangan pasokan," ujarnya. 
 
Pemadaman listrik dari PT PLN (Persero) ini sangat mengganggu proses produksi tekstil. Mesin-mesin produksi di pabrik tekstil, lanjutnya, tidak bisa tiba-tiba berhenti beroperasi karena berisiko menimbulkan konseleting yang berujung pada kebakaran. 
 
"Pabrik tidak bisa tiba-tiba berhenti, hidup lagi karena komponennya bisa konslet dan memicu kebakaran. Ini sangat ganggu produksi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper