Bisnis.com, MELBOURNE—Eksportir bijih besi terbesar di dunia, Australia, memangkas estimasi harga tahun ini serta memperkirakan penurunan berlanjut hingga 2015, karena perusahaan pertambangan seperti Rio Tinto Group dan BHP Billiton Ltd. meningkatkan produksi yang membuat persediaan berlimpah.
Menurut Biro Sumber Daya dan Ekonomi Energi yang berbasis di Canberra pada Rabu (26/3/2014), rata-rata harga spot tahun ini akan berada di kisaran US$110 per ton dari US$119 perkiraan pada Desember dan US$126 harga pada 2013.
“Harga diperkirakan tidak kembali pulih ke tingkat tertinggi pada 2013 karena meningkatnya ketersediaan pasokan dari pertambangan yang baru dimulai di Australia pada 2014,” kata biro.
Bulan ini harga bijih besi di pasar jatuh akibat spekulasi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kekhawatiran kredit di China yang merupakan pembeli terbesar di dunia, dapat mengekang ekspansi permintaan ketika pasokan global sedang meningkat.
Sementara itu BHP dan Rio Tinto memprediksi harga tahun ini justru lebih rendah dari yang diperkirakan pemerintah Australia, dengan pertimbangan penambang telah menghabiskan miliaran dolar untuk meningkatkan produksi.
Di lain pihak, bank dari Citigroup Inc. hingga Standard Chartered Plc. memprediksi akan terjadi surplus, dan Goldman Sachs Group Inc. mencantumkan bijih besi di antara komoditas yang paling disukai pada 2014.
Dalam laporan, pengiriman dari Australia ke China diperkirakan akan naik 19% ke rekor 687 juta ton pada tahun ini dan akan naik kembali menjadi 749 juta ton pada tahun depan. Sebelumnya pemerintah Australia menaksir pengiriman pada 2014 sebesar 709 juta ton.