Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Harus Hati-hati Menekan CEPA dengan Eropa

Indonesia dinilai perlu melakukan perhitungan masak-masak sebelum membidani comprehensive economic partnership agreement (CEPA) dengan Uni Eropa agar tidak terjadi hubungan perdagangan yang timpang di masa yang akan datang.
Logo Uni Eropa/JIBI
Logo Uni Eropa/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia dinilai perlu melakukan perhitungan masak-masak sebelum membidani comprehensive economic partnership agreement (CEPA) dengan Uni Eropa agar tidak terjadi hubungan perdagangan yang timpang di masa yang akan datang.

Kuatnya sistem perniagaan UE dibandingkan dengan Indonesia dinilai dapat menjadi celah bagi dominasi blok mata uang itu di dalam berbagai sektor barang dan jasa RI. Selain itu, Indonesia juga dinilai belum cukup madani untuk memenuhi standar yang dipatok UE.

Direktur Indonesia for Global Justice (IGJ) Riza Damanik menjelaskan perdagangan dan investasi UE di Indonesia terdominasi pada sektor pertanian, perkebunan, pertambangan, infrastruktur, dan farmasi.

“Sudah pasti dengan adanya CEPA, UE akan secara agresif mendorong liberalisasi perdagangan barang dan jasa serta investasi. Selain itu, standar perlindungan hak kekayaan intelektual yang diminta UE juga tinggi dengan menerapkan aturan TRIPS Plus yag melebihi standar WTO,” katanya kepada Bisnis.

Oleh karena itu, lanjutnya, kerja sama RI-CEPA berpeluang menjadi timpang, terutama karena produk pertanian UE telah membanjiri pasar domestik Indonesia. Menurutnya, selama ini pemerintah tidak memiliki strategi ekonomi yang kuat dalam melakukan perlindungan dan hanya sebatas mengharapkan dana peningkatan kapasitas.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Hendri Saparini berpendapat kerja sama bilateral dengan UE dapat berubah menjadi beban terhadap neraca dagang apabila Indonesia hanya mengandalkan peluang tanpa memahami bagaimana memanfaatkannya.

“Kalau dilihat dari indikator makro-nya saja, CEPA memang akan meningkatkan volume perdagangan dan investasi, tapi kan indikatornya semestinya bukan hanya itu saja. Di dalam CEPA itu kan ada kesepakatan perdagangan, jadi kita harus lihat apa yang mau kita manfaatkan sesuai keunggulan kita,” jelasnya kepada Bisnis.

Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, UE merupakan negara tujuan ekspor terbesar kedua bagi RI dan merupakan sumber impor terbesar ketiga pada 2012. Selama 5 tahun terakhir, perdagangan keduanya tercatat tumbuh 8,5% per tahun.

Sepanjang tahun lalu, total perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa menyentuh US$31,8 miliar, turun 0,9% dari capaian US$32,1 miliar pada 2012. Ekspor Indonesia ke UE tahun lalu bernilai US$18,1 miliar, naik 0,6% dari tahun sebelumnya.

Adapun, komoditas ekspor utama RI ke UE didominasi oleh produk-produk pertanian, khususnya CPO dan turunannya. Ekspor CPO ke UE tahun lalu mencapai 3.73 juta ton atau setara dengan US$2,85 miliar.

Di sisi lain, impor dari UE tahun lalu mencapai US$13,7 miliar atau turun 2,8% dari US$14,1 miliar pada 2012. Produk yang paling banyak diimpor Indonesia dari Eropa a.l. mesin dan produk teknologi informasi, serta peralatan telekomunikasi.

Pada saat bersamaan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi UE di Indonesia sepanjang tahun lalu menembus US$2,4 miliar atau naik 4,8% dibandingkan dengan 2012, yang menyentuh level US$2,3 miliar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper