Bisnis.com, JAKARTA—Adanya kebijakan pengelolaan hutan lestari menyebabkan produksi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), anak perusahaan Asia Pacific Resources International Limited (APRIL), mengalami pengurangan produksi sebanyak 200.000 ton tahun ini.
Kusnan Rahmin, Presiden Direktur RAPP mengatakan, pihaknya masih menyesuaikan diri terhadap adanya kebijakan pengelolaan hutan lestari tersebut. Dirinya berharap, kebijakan ini dapat bisa rampung pada akhir 2014 agar perseroan bisa berproduksi secara penuh.
“Produksi kami secara total pada tahun lalu sebanyak 2,7 juta ton untuk pulp, sedangkan paper mencapai 850.000 ton,” katanya di Jakarta, Senin (24/3/2014).
Dirinya menambahkan adanya kebijakan pengelolaan hutan lestari (Sustainable Forest Management Policy/SFMP) membuat pihaknya mengikuti aturan moratorium. Hal itu menyebabkan pihaknya tidak boleh membeli bahan baku dari penjual serat kayu yang masuk ke daftar Nilai Konservasi Tinggi (high conservation value/HCV).
APRIL, selalu induk usaha saat ini berkomitmen terhadap konservasi hutan dan menyatakan tenggat waktu menyerap bahan baku eksklusif dari hutan tanaman mulai 2019. Komite Penasihat Pemangku Kepentingan independen ini dibentuk pada Januari 2014.
Joe Lawson, Ketua Komite Penasihat mengatakan, komitmen-komitmen ini semakin mendapat banyak perhatian. Dia menyatakan, pihaknya akan memantau dari dekat untuk menjamin perusahaan agar menjiawai komitmen tersebut.
Di sisi lain, ratifikasi FLEGT-VPA oleh parlemen Uni Eropa (UE), mendorong APRIL sebagai produsen pulp dan kertas kedua terbesar di Asia dengan merk PaperOne akan lebih memperluas pasar ekspornya. Targetnya, dalam dua tahun ke depan setidaknya PaperOne sudah diekspor hingga ke 100 negara di dunia..
“Kami terus melakukan ekspansi. Kalau saat ini PaperOne diekspor ke lebih dari 75 negara, kami optimis dua tahun ke depan bisa diekspor paling tidak ke 100 negara,” ucap Kusnan.
Menurut dia, saat ini negara-negara Eropa yang menjadi pangsa pasar ekspor kedua, setelah kawasan Asia, Pasific, Australia dan China. Dia menilai, diterimanya PaperOne di pasar ekspor tidak terlepas dari kualitas produk dan proses pengolahan yang sesuai dengan prinsip keberlanjutan.
“Para pembeli di luar negeri, khususnya Eropa sangat memperhatikan persoalan-persoalan terkait isu lingkungan. Untuk merespon hal ini, perusahaan terus melengkapi diri dengan berbagai sertifikasi nasional dan internasional terkait pengelolaan hutan dan produk lestari,” katanya.
Lebih lanjut, Kusnan membeberkan sampai tahun ini total penjualan PaperOne di pasar dalam negeri telah mencapai 10.000 ton. Adapun di pasar dalam negeri, kata dia, kini terjadi pertumbuhan permintaan kertas yang cukup signifikan seiring berkembangnya bisnis fotocopy.
“Atas dasar hal tersebut, kami akan meningkatkan penjualan hingga mencapai 15.000 ton pada 2014,” jelasnya.