Bisnis.com, JAKARTA - Minat calon tenaga kerja Indonesia (TKI) informal untuk bekerja ke Arab Saudi masih tinggi menyusul minimnya kesempatan kerja yang tersedia di Tanah Air.
Tingginya minat masyarakat untuk menjadi buruh migran di negara minyak tersebut tertuang dalam kajian Badan Penelitian dan Informasi (Balitfo) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Balitfo ditunjuk kementerian itu untuk mengkaji seberapa banyak animo masyarakat untuk bekerja di Arab.
Menurut kajian, sebanyak 80% buruh migran yang 50% di antaranya angkatan kerja baru masih menginginkan bekerja sebagai buruh migran informal di Arab Saudi. Kajian tersebut mengambil sampel sebanyak 1.000 responden angkatan kerja yang berdomisili di 4 kantong TKI di wilayah Jawa Barat, a.l. Sukabumi, Karawang, Cirebon, dan Indramayu.
Selain minimnya lapangan kerja dan pendidikan yang relatif rendah, tingginya animo masyarakat tersebut karena faktor manfaat ibadah, yakni Haji atau Umroh. Adapun faktor pemicu lainnya adalah tingginya pertumbuhan penduduk sehingga berdampak terhadap tingginya pencari kerja.
“Kajian tersebut akan digunakan kementerian sebagai acuan pembukaan moratorium pengiriman buruh migran informal ke Arab Saudi yang dihentikan sejak 1 Agustus 2011,” kata Sugiarto Sumas, Kepala Balitfo kemenakertrans, Jumat (21/3/2014).
Namun saat ini kajian tersebut masih dalam tahap finalisasi. Sumas mengatakan, kajian minat pencari kerja untuk bekerja di Arab Saudi itu akan dilansir pada April 2014. “Kajian ini sesuai permintaan Menakertrans Muhaimin Iskandar.”
Diketahui, pemerintah berencana membuka moratorium pengiriman TKI ke Arab Saudi seiring kesepakatan perindungan dan penempatan TKI yang ditandatangani antara pemerintah RI dan arab Saudi pada awal Februari 2014.