Bisnis.com, JAKARTA—Perum Bulog (Persero) diyakini akan mengimpor gula untuk buffer stock, menyusul terungkapnya fakta bahwa perusahaan pelat merah itu hanya mampu menyerap sekitar 12.000 ton gula dari dalam negeri dari jumlah yang ditarget sebesar 350.000 ton.
Kendati demikian, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi mengungkapkan hingga saat ini Bulog masih mempertimbangkan opsi impor tersebut. “Belum dipastikan untuk impor, masih kami bicarakan jadi belum final,” ungkapnya akhir pekan lalu.
Sebagaimana diketahui, Kemendag memberi mandat Bulog untuk mengelola 350.000 ton suplai gula, yang dapat diserap baik dari dalam maupun luar negeri. Angka itu harus dipenuhi Bulog sebagai stabilitator, baik melalui pengadaan gula kristal putih maupun gula mentah.
Mandat 350.000 ton tersebut diakui Bachrul cukup berat untuk dapat dipenuhi BUMN pimpinan Sutarto Alimoeso itu. Fakta di lapangan, menurutnya, menunjukkan bahwa saat ini petani sudah tidak mempunyai cadangan gula yang dapat dialirkan ke Bulog.
“Yang ada saat ini adalah gula eks petani yang sudah menjadi milik pedagang. Nah, yang milik pedagang itu ada 480.000 ton, dan yang milik PGN hanya 178.000 ton. Bulog kira-kira baru bisa ditawarkan 12.000 ton, karena yang lain sudah milik orang. Jadi, kemungkinan [Bulog akan] impor.”