Bisnis.com, BANDUNG - Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) pada lahan hutan milik negara dianggap tidak menguntungkan warga penggarap. Akibatnya, kasus perambahan hutan tidak pernah berhenti.
Sebagai gambaran, saat ini ratusan hektare sawah di Sukapura dan Desa Resmitinggal terancam kekeringan akibat gundulnya hutan konservasi di Kavling Ciendog Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung.
Direktur Eksekutif Walhi Jabar Dadan Ramdan mengatakan keberadaan program PHBM selama ini hanya menguntungkan pihak Perhutani sebagai pemilik lahan dan elit aparatur desa.
"Dengan kondisi ketidakdilan itu sehingga wajar kalau akhirnya warga yang membutuhkan lahan terus melakukan perambahan hutan," kata Dadan Ramdan, kepada Bisnis.com, Rabu (5/3/2014).
Melihat kondisi seperti itu, pihaknya melihat perlunya evaluasi program tersebut karena apa yang terjadi justru seperti memberikan harapan kosong.
Kenyataannya, masyarakat sekitar hutan sendiri tidak terlalu merasakan manfaat apa-apa. “Pelaksanaannya harus benar-benar bisa meningkatkan taraf kehidupan rakyat sekaligus menjaga kelestarian hutan,” katanya.
Administratur KPH Bandung Selatan Perhutani Unit III Jabar Banten Bambang T.M. membantah jika wilayah Ciendog banyak dirambah warga dan dijadikan kebun sayuran. Menurutnya, pada dasarnya lahan itu milik warga, sedangkan tegakan kayu di hutan konservasi di atasnya masih terjaga dengan baik.
"Memang lahan konservasi. Tapi sebenarnya, yang banyak ditanami sayuran itu adalah tanah rakyat, apalagi yang sampai tepi jalan dan sungainya. Di Cibeureum, lahan hutan Perhutaninya sedikit," katanya.
Meski begitu diakuinya, ada beberapa hektar lahan Perhutani yang dikelola bersama masyarakat, melalui program PHBM. Di mana sebelumnya, lahan tersebut ditanami sayuran oleh warga. "Konservasi itu tidak ada di hutan lindung. Yang ada juga sudah berjalan alih komoditas dari sayuran menjadi tanaman kopi, alpukat dan tanaman keras lainnya," ujarnya.
Oleh karena itu dirinya menolak apabila program PHBM tidak efektif. Karena selama ini, banyak lahan hutan yang sebelumnya kritis kini mulai kembali hijau. Jika ada warga yang tidak merasakan manfaatnya, bisa saja itu sebagai alasan agar mereka bisa tetap merambah hutan negara.
"Karena seringkali para petani ini beralasan tidak ada lahan. Lalu dengan dimodali oleh yang punya uang kembali naik dan membuka hutan untuk bercocok tanam," ujarnya.