Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat kemiskinan nasional pada tahun ini disinyalir akan berada di atas target APBN 2014 sebesar 9%-10,5%, maupun proyeksi Bappenas di level 10,54%– 10,75% seiring bencana alam yang menimpa sejumlah wilayah di Tanah Air.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan peluang tingkat kemiskinan nasional ke level 11% sangat besar. Menurutnya, cakupan dari dampak bencana alam itu merata.
“Saya dengar proyeksi angka kemiskinan juga belum memasukkan bencana alam, termasuk dampak bencana meletusnya Gunung Kelud. Jadi saya pikir, peluang angka kemiskinan di level 11% cukup tinggi. Oleh karena itu, political anggaran untuk kemiskinan sangat penting,” kata Enny, Senin (24/2/2014).
Dia menjelaskan pencairan dana tanggap darurat bencana saat ini masih memakan waktu yang lama, sehingga perlu ada terobosan. Menurut Enny, dana penanggulangan seharusnya ditambahkan melalui mekanisme dana alokasi khusus.
Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana memperkirakan tingkat kemiskinan 2014 sebesar 10,54% – 10,75%. Proyeksi tersebut berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi, inflasi nasional dan inflasi orang miskin atau inflation poverty basket.
Meskipun demikian, dari simulasi itu tidak dimasukkan faktor bencana alam. “Kalau simulasi tingkat kemiskinan ini hanya berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Kalau itu [bencana alam] mungkin bisa terefleksikan di inflasi,” ujarnya.
Dia menjelaskan pemerintah harus mampu menjaga inflasi di bawah 6% untuk menekan angka kemiskinan tidak melewati angka 11%. Kendati demikian, pemerintah juga harus menjaga harga tetap terkendali.
“Nggak mendekati 11% [tingkat kemiskinan]. Makanya, intinya itu adalah bagaimana menjaga harga. Selain kebijakan penanggulangan kemiskinan, yang tak kalah penting juga harga, terutama harga pangan bagi warga miskin,” tuturnya.